*Toby Jones
Senin lalu, ratusan pemuda Bahrain turun ke jalan. Selama berdekade, mereka hidup dalam bayang-banyang rejim otokratis, penyiksaan dan janji reformasi yang tak pernah datang. Kini, mereka turun ke jalan menuntut agenda demokrasi. Mereka menegaskan akan mengesampingkan aksi sektarian yang sebelumnya mengoyak negeri mereka menjadi dua kubu, mayoritas rakyatnya menganut Syiah sementara penguasanya berasal dari Sunni. Dengan diinspirasi aksi pro Demokrasi di Timur Tengah, mereka juga menegaskan komitmennya mencapai tujuan melalui protes damai. Aksi damai itupun tumpah ke jalan ketika puluhan ribu demonstran turun ke jalan menyampaikan tuntutannya.
Namun awan gelap menyelimuti Bahrain. Seperti halnya aksi protes di pelbagai tempat di Timur Tengah, aksi damai mereka berhadapan dengan lemparan gas air mata, tembakan peluru dan kekerasan aparat keamanan. Kondisi menjadi semakin memburuk, ketika aparat keamanan pada malam harinya menyerang para demonstran yang sedang bertahan di Manama. Serangan tersebut tak pelak menewaskan beberapa demonstran. Kendati raja menyampaikan duka citanya atas tragedy tersebut. Namun dapat ditebak aksi protes kedepan akan menjadi besar dan juga semakin berdarah.
Seperti halnya aksi protes di Afrika Utara, Protes damai di Bahrain mudah ditebak akan berhadapan denagn tindakan keras aparat keamanan yang berupaya menghentikan aksi mereka. Jika ditempat lain, ada peran militer yang menjadi kekuatan netral dalam revolusi di Tunisia dan Mesir, namun sebaliknya di Bahrain, tidak ada peran militer. Seluruh fungsi keamanan dijalankan oleh aparat keamanan yang sepenuhnya dikendalikan keluarga kerajaan. Jika militer Mesir merepresentasikan rakyat Mesir, sebaliknya aparat keamanan Bahrain terdiri atas para prajurit asing yang direkrut bertugas melindungi kepentingan kerajaan dan menghancurkan lawan-lawan politiknya. Tidak ada warga local dalam aparat keamanan. Demikian pula tidak ada konterpart ataupun mitra domestik dalam struktur aparat keamanan di Bahrain. Karena tidak adanya rival, maka warga Bahrain berhadapan dengan hal yang terburuk kedepan.
Hal yang menyulitkan lainnya bagi aksi protes adalah tidak adanya peliputan media 24 jam non stop seperti yang terjadi Mesir. Aparat keamanan di Bahrain relatif bertindak bebas ketika menyerang para demonstran. Media Arab dan Barat memang memberitakan gejolak politik di Bahrain namun cakupan pemberitaannya tidak sedramatis di Mesir. Akibatnya, penguasa Bahrain cukup leluasa menindas aksi damai karena minimnya perhatian Media.
Satu factor lagi kunci bagi keberhasilan agenda demokrasi adalah peran AS. Gedung Putih selama ini memiliki leverage politik yang sangat luar biasa di negeri kota ini. Jadi tidak tampak jelas jika Amerika akan mendukung gerakan demokrasi disana atau melihat negeri itu menjadi demokratis. Tidak lebih jelas ketimbang sikap Amerika yang tiba-tiba berubah mendukung gerakan protes di Mesir. Sejauh ini, Amerika tidak berkomentar atas jatuhnya korban jiwa dalam awal aksi protes di Bahrain. Tidak terlalu sulit latar dibalik sikap itu.
Armada ke 5 angkatan laut Amerika berpangkalan di Manana. Basis militer kunci Amerika yang akan menjamin kepentingan vital Amerika di Teluk Persia. Amerika sejujurnya lebih menyukai penyuplai kebutuhan minyaknya dari rejim otoritarian -karena mudah dikendalikan- ketimbang pemerintahan demokratis yang kebanyakan tidak simetris dengan kepentingan strategis Amerika.
Pemerintahan Obama seharusnya bisa mendesak keluarga Khalifa untuk menjalankan reformasi politik di Bahrain. Dinasti Khalifa sangat tergantung kepada AS baik sebagai penjamin keamanan maupun kepentingan investasi. Amerika juga dapat melindungi gerakan demokrasi yang baru tumbuh di Bahrain dari pemberangusan penguasa. Namun boleh jadi harapan itu berlebihan. Amerika tampaknya enggan melakukan hal itu di kawasan yang menjadi jantung minyak Amerika.
Pemerintahan Obama seharusnya bisa mendesak keluarga Khalifa untuk menjalankan reformasi politik di Bahrain. Dinasti Khalifa sangat tergantung kepada AS baik sebagai penjamin keamanan maupun kepentingan investasi. Amerika juga dapat melindungi gerakan demokrasi yang baru tumbuh di Bahrain dari pemberangusan penguasa. Namun boleh jadi harapan itu berlebihan. Amerika tampaknya enggan melakukan hal itu di kawasan yang menjadi jantung minyak Amerika.
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: