Keluarga dan orang dekat Mubarak menganggap Gamal akan menjadi penggantinya. Bahkan mereka tidak ragu menyatakan bahwa dirinya masih dapat mengendalikan kekacauan yang tengah terjadi. Maka tidak heran, jika pada pidato hari Kamis yang ditunggu-tungu tersebut, Mubarak masih percaya diri didepan jutaan rakyat Mesir yang menyaksikannya bahwa dirinya tidak akan mundur. Pidato itu tak pelak menimbulkan kemarahan jutaan rakyat Mesir. Demi melihat kondisi genting itu, militer lantas bertindak.
Militer tampaknya mulai kehilangan kesabaran dengan kegagalan Mubarak dan penggantinya Omar Suleiman mengakhiri aksi massa. Disepanjang Kamis dan Jumat itu, Mesir seperti lepas kendali. Kerusuhan terjadi dimana-mana, para buruh mogok, dan suara rentetan senjata terdengar hampir diseluruh penjuru Mesir.
Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata menemui Mubarak selaku Panglima Angkatan Bersenjata. Mereka tanpa tedeng aling-aling mendesak Mubarak mundur dan bersedia mengakui kesalahannya. Sebagai jaminannya, mereka akan melindungi dan tidak mempermalukan Mubarak karena legowo mundur.
Dalam pertemuan itu, Omar Suleiman, mantan kepala intelejen berdiri disamping Mubarak. Sementara Menhan, Mohammad Hussein Tantawi dan Letjen Sami Annan yang mengepalai militer berupaya menyusun skenario politik mundurnya Mubarak. Mereka dengan tegas menolak jika kekuasaan diserahkan kepada Omar Suleiman. Alasannya, sosok Suleiman ditolak massa. Seterusnya, kabinet Ahmed Shafik dibubarkan, kekuasaan diambil alih junta militer selama enam bulan hingga terbentuknya pemerintahan baru yang terpilih.
Dalam pertemuan darurat itu, para petinggi militer senior menolak rencana Tantawi yang hendak membubarkan para demonstran. Sebaliknya mereka bertekad memenuhi keinginan rakyat Mesir sebagai upaya menghindari pertumpahan darah.
Alih-alih, Mubarak menolak tuntutan tentara untuk mundur. Penolakannya itu menimbulkan ketegangan baru. Tentara dan Garda Republik yang didukung Angkatan Udara saling ancam satu sama lain.
Akhirnya Tantawi mengambil alih negosiasi. Kompromi akhirnya dicapai, yakni Mubarak mendelegasikan kekuasaannya kepada Wapres dan selanjutnya kabinet PM Ahmed Shafiq tetap dipertahankan.
Ketegangan itu memaksa Gamal merevisi naskah pidato ayahnya berulang kali. Jutaan rakyat Mesir menyaksikan pidato ayahnya yang tampak sekali dipersiapkan dalam keadaan terburu-buru. Mubarak tertangkap kamera beberapa kali dalam keadaan tidak konsentrasi. Beberapa kali dia membetulkan dasinya dan menoleh kearah lain.
Sebuah sumber lain menyatakan bahwa detik-detik terakhir sebelum Mubarak mundur terjadi debat keras antara dirinya dengan isterinya Susan dan anaknya, Gamal. Mubarak menyalahkan keduanya atas memburuknya keadaan Mesir. Selain itu, terjadi pertengkaran antara gamal dan saudaranya, Alaa Mubarak. Alaa menuduh Gamal telah menghancurkan hari tua dan mempermalukan ayahnya.
Seluruh keluarga berkumpul makan pagi. Jumat pagi itu, tiba-tiba Susan menyuruh orang-orang mengemasi barang-barang pribadi pribadi Presiden, diantara barang-barang berharga yang menjadi hadiah para Presiden dan Raja Arab. Tidak kurang ada delapan tas besar.
“Kamu yang menjadikanku seperti ini, kamu dan ibumu,“ Teriak Mubarak kepada Gamal, anaknya. Kini dia dikabarkan dalam keadaan koma di peristirahatannya di Sharm al Sheikh.
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: