*Matt Bradley
Untuk sesaat, konstelasi politik Mesir sedikit seperti pertunjukan musik yang aneh ketika Mohammed el Baradei, mantan Ketua Badan Atom Internasional (IAEA) yang kini menyatakan maju dalam pemilu presiden Mesir duduk bersanding dengan Duta Besar AS untuk Mesir, Margareth Scobey dalam perayaan Paskah di Katedral Utama Kristen Koptik di Kota Kairo. Ketika kebaktian di mulai, petugas gereja meminta Tuan Al Baredei pindah ke bangku lainnya. Gereja tampaknya tidak ingin muncul pandangan bahwa politisi popular ini dekat dengan AS. Hal yang akan memberi stigma negative kepada siapapun figur publik Mesir
Namun insiden kecil perihal tempat duduk ini berikutnya menjadi berita utama beberapa Koran di Mesir. banyak para pengamat menanyakan kemana arah dukungan AS yang menjadi sekutu terkuat Mesir ini. Pertanyaan ini penting karena berkaitan dengan masa depan politik Mesir. Kelompok Asosiasi Nasional bagi Perubahan milik al Baredei dengan ideologi pro demokrasinya telah menyatakan niatnya untuk melawan rejim otokrasi dukungan AS sekalipun bertentangan dengan prinsipnya sendiri.
“Ini adalah pemilih Mesir yang akan memilij presidennya kedepan. Pekerjaan kami sebagi wakil pemerintah Mesir adalah untuk tidak berpihak kepada salah satu calon”, tutur Scobey dalam emailnya kepada The National .”Apa yang kami inginkan adalah adanya proses yang adil dan transparan” sambungnya.
Sejak kepulanganya ke Mesir dari Wina, Februari lalu, pelbagai kelompok pro demokrasi di Mesir mendukung pencalonannya dan bergabung dalam Asosiasi Nasional untuk Perubahan. Baru kali asosiasi ini menggabungkan pelbagai kelompok oposisi yang berseberangan dan para inteletual berkumpul untuk menuntut amandemen konstitusi bagi kebebasan berpolitik.
Keinginan semacam itu menjadi sulit dihindari bagi Negara seperti AS yang berkeinginan mempromosikan demokrasi sebaga platform kebijakannya di Timur Tengah. Meskipun demikian, AS tidak kurang menghabiskan tiga dekade mendukung rejim dictator Husni Mubarak yang banyak melakukan pelanggaran HAM dan pemberangusan partai politik. Disepanjang kekuasaannya, AS memberikan kepada Presiden yang kini sakit-sakitan 50 milyar dollar bantuan ekonomi dan militer untuk menjamin stabilitas dan hubungan diplomatiknya yang tidak popular dengan Israel.
“Ada selalu simpati. Ada selalu jenis “ya” dalam dunia ideal yang kita wujudkan di Mesir. kita ingin melihat adanya demokratisasi. Kita ingin lihat adanya keterbukaan”, tutur Shadi Hamid, Deputi Direktur Brooking Institute di Doha.Kebijakan AS atas Mesir dan di Timur Tengah lainnya mencerminkan kontradiksi yang telanjang.
Meskipun perspektif el Baradei bagus bagi kepentingan politik di Mesir, namun AS tidak berkehendak mendukung kelompok atau individu yang hendak melakukan perubahan rejim. Pemerintah AS lebih suka mempertahankan rejim yang ada sembari mendesakkan reformasi.
*Koresponden Asing di Koran National yang berdomisili di Abu Dhabi.
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: