Semua Presiden AS Harus Tunduk Kepada Lobby Yahudi

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 06.43

*Ahmad Dzakirin 


“Tidak ada Presiden AS yang berani menghadapi Israel"  
(Laksamana Thomas Moorer, mantan KSAL AS (1970-1974)

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Jimmy Carter, akhirnya menemui Naser al-Shaer, mantan wakil perdana menteri di masa pemerintahan Hamas, di Ramallah ditengah ancaman dan boikot Israel atas dirinya yang berencana menemui Khlaed Meshaal, Pemimpin tertinggi Hamas di Suriah. Pertemuan tersebut gagal dilakukan di Jalur Gaza karena Israel tidak memberi ijin Carter masuk ke Gaza.  Dalam pernyataannya, Carter ingin mendengar dan melibatkan semua pihak dalam penyelesaian masalah Israel dan Palestina seraya berjanji untuk terus melakukan kontak dengan Hamas.

Kunjungan Jimmy Carter, pemprakarsa perjanjian damai Arab-Israel, 1979 merupakan terobosan penting dan perubahan pandang sebagian mantan petinggi dan kalangan akademisi AS terhadap konflik di timur Tengah ini. Dalam bukunya yang terbit 2006, Carter menuduh Israel menerapkan sistem apartheid di wilayah pendudukan. Sebelumnya, beberapa akademisi terpandang AS semisal Kenneth Waltz (Universitas Chicago) dan John Meirshamer (Universitas Harvard) mengeritik pedas kebijakan rasialis Israel dan perilaku politik negara Zionis yang dipandang merugikan AS. Kecaman tersebut mengundang perdebatan serius dikalangan akademis baik yang pro maupun kontra Zionis. Carter memandang kebijakan isolatif terhadap Hamas dan Suriah tidak akan membantu menyelesaikan konflik Palestina dan Israel.

Demi memikat hati kaum Yahudi yang amat berpengaruh dalam dunia finansial AS, Barack Obama mengecam mantan Presiden Jimmy Carter yang bertemu dengan para pemimpin Hamas. Di depan perkumpulan Yahudi AS di Philadelphia, Rabu, ia mengecam keras tindakan Jimmy Carter, seniornya di Partai Demokrat yang menemui  kelompok teroris. Pernyataan Obama ini jelas dimaksudkan untuk mencari simpati kalangan Yahudi yang punya pengaruh kuat dalam dunia finansial dan industri maupun politik AS. Karena pengaruh tersebut, kebijakan politik luar negeri AS, khususnya di Timur Tengah, tidak pernah keluar dari kerangka melindungi kepentingan Israel. 

Hampir semua kandidat Presiden AS menghindari mengkritik Israel dan acapkali menyatakan ‘sumpah setia’ kepada Israel sebelum masuk ke bursa pencalonan di internal partai Republik maupun Demokrat demikian pula dalam pemilu kepresidenan AS. Beberapa kandidat, anggota Konggres dan bahkan presiden AS terjungkal karena diduga sikap atau kebijakannya dipandang tidak pro Israel.  

Sebelumnya jauh hari, pesaingnya Hillary telah menemui perkumpulan Yahudi Di Ohio dan menyatakan dukungannya bagi Israel. Hal serupa yang pernah ditempuh suaminya, Bill Cllinton saat masih menduduki jabatan kursi kepresidenan. Dalam pertemuannya dengan kelompok lobi Yahudi terkenal di AS, Liga Anti Defamasi (ADL), dia pernah mengatakan: “jika Suriah dan Iran menyerang Israel maka saya akan meninggalkan AS dan bergabung dengan Israel. Menggali parit, memanggul senapan dan berjuang sampai mati.” Walau pernyataan tersebut dianggap sebagai bagian strategi mengambil hati kelompok Yahudi, namun tak pelak juga menggambarkan betapa kokoh cengkraman Yahudi dalam kehidupan rakyat dan struktur politik AS. Wallahu A’lam.

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget