Memaknai Kemenangan AKP

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 11.08


*Richard Falk dan Hilal Ever

Baru pertama kali sejak Kemal Ataturk mendirikan republik ini, perhatian internasional begitu besar terhadap pemilu Turki. Kini AKP merayakan kemenangannya karena sukses partai ini menjalankan pendekatan ekonomi dan politik disepanjang 9 tahun. Sukses ini menjadi pameran bagi kebijakan politik luar negeri AKP yang kreatif sehingga menempatkan Turki dalam posisi penting di percaturan diplomatik regional dan global. Sukses AKP menjadi sukses pertama dalam sejarah Turki modern. 

Euforia kemenangan ini selayaknya tidak mengaburkan tantangan yang akan dihadapi AKP kedepan. Diantara serangkaian tantangan terpenting adalah pemberian hak politik dan kultural bagi minoritas etnik Kurdi dalam rancangan konstitusi baru. Ada kesepakatan luas di Turki bahwa konstitusi 1982 yang berlaku sekarang yang merefleksikan pendekatan opresif pihak militer pasca kudeta harus dihilangkan. Namun ada perbedaan tajam di Turki berkaitan dengan hal-hal substantif dalam konstitusi baru. Kelompok sekuler yang diwakili CHP khawatir bahwa akan terjadi bahaya “Putinisasi” (merujuk kecenderungan kepemimpinan diktator Valdimir Putin) dalam pemerintahan AKP jika sistem kenegaraan diubah dari parlementer ke presidensial. Dalam bentuk konkretnya, kalangan oposisi yakin impian otoritarianisme Recep Tayyip Erdogan akan tercapai jika Turki mengikuti sistem presidensial ala Perancis. 

Namun mereka selayaknya tidak perlu khawatir untuk dua alasan: Pertama, AKP belum cukup memperoleh 367 suara yang dibutuhkan untuk membentuk super mayoritas di parlemen sehingga dapat membuat sendiri konstitusi baru atau bahkan 330 kursi yang dibutuhkan untuk dapat mengajukan perubahan konstitusi. Tanpa kontrol mutlak parlemen, AKP tidak dapat membuat konstitusi tanpa kerjasama dengan partai lain di parlemen, khususnya dengan CHP. Namun tentunya kalangan oposisi juga harus bertindak konstruktif.
Kedua, dalam pidato kemenangannya, Erdogan berjanji bahwa reformasi konstitusional akan menjadi proses konsensual untuk melindungi semua golongan dan dibuat dalam rangka pemenuhan keadilan bagi seluruh rakyat Turki.  Pada saat pidato kemenangan, Erdogan tanpa terduga menjadi sangat peka dengan kritik atas gaya kepemimpinannya yang dianggap arogan. Dia bersikap rendah hati dan sopan. Dia tampak ingin menyakinkan rakyat Turki seluruhnya bahwa dia menghormati prinsip-prinsip sekuler dan menjanjikan Turki akan menjadi lebih plural dalam iklim saling menghormati.

Penerimaan Internasional

Tidak hanya rakyat Turki yang menyambut kemenangan AKP. Hasil pemilu ini memberikan contoh yang luar biasa positif atas dinamika demokrasi di Timur Tengah ditengah gejolak internal mereka yang tengah terjadi. Uluran tangan diplomatik Turki atas kawasan Timur Tengah selama ini memberikan alternatif menarik ditengah kecemasan atas campur tangan politik AS dan Eropa terhadap mereka. Turki merefleksikan kondisi masyarakat yang dinamis. Perekonomian Turki  sedang bangkit seiring dengan konsolidasi demokrasi,  stabilitas politik dan arah kebijakan luar negeri yang lebih mandiri. Tentunya hal ini akan menginspirasi negara-negara lainnya.

Meski demikian, masih ada banyak ketidakpastian yang menggayuti negeri itu kedepan. Turki menghadapi konsekuensi atas konflik berlarut-larut di perbatasan Suriah, termasuk ribuan pengungsi yang lari dari medan pembantaian di Suriah. Terdapat juga resiko eskalasi konflik yang disebabkan ancaman Israel dan AS atas Iran dalam isu nuklir. Kesemua itu dapat memantik perang yang pada akhirnya akan mengoyak seluruh kawasan Timur Tengah dengan dampak mengerikan. Sementara itu, ketegangan hubungan antara Ankara dan Tel Aviv akan semakin memuncak seiring persiapan ekspedisi Flotilla Kedua. 

Namun yang jelas matahari bersinar lebih terang di pagi hari pemilu Turki. Para pemilih telah meneguhkan dukungannya atas kebijakan domestik dan luar negeri Turki yang dibangun atas dasar perdamaian, keadilan dan HAM. Untuk menjalankan dan menjaga mandat itu tetap pada tempatnya, rakyat memberi dukungan politik yang menyakinkan kepada AKP.  Dukungan itu diharapkan akan membawa kemajuan bagi Turki dan sekaligus harapan bagi kawasan sekitarnya. Mungkin akan ada kesalahan dan kemunduran dalam pemerintah mendatang, namun orientasi dan visi kepemimpinan AKP adalah salah satu kemajuan politik yang paling menakjubkan di awal abad 21 ini.

Pidato kemenangan PM dari atas balkon markas AKP, yang dinamainya “Pidato Bimbingan adalah kulminasi peningkatan menyakinkan AKP selama 1 dasawarsa.” Dari 34 persen di 2002 hingga 47 persen di 2007 dan kini 50 persen di 2011. Ironisnya, peningkata suara tersebut justru tidak memberikan peningkatan perolehan kursi di parlemen disebabkan perubahan sistem electoral oleh Komisi Pemilihan Umum, salah satu bagian birokrasi negara yang sangat memusuhi AKP. 

Sementara restrukturisasi ini -yang terlewatkan dari perhatian ini- sangat melukai AKP karena hanya mendapatkan 326 kursi dibandingkan seharusnya 341 kursi dibawah system yang lama), namun disisi lain membantu  CHP yang meningkat perolehan kursinya dari 112 menjadi 135 dan BDP –yang menjadi basis kandidat independen Kurdi.

'Keinginan untuk  Konsensus'

PM menginterpretasikan hasil tersebut dengan simpatik, memberitahu publik bahwa dia akan mendengar suara rakyat yang menginginkan konsensus ketimbang kepemimpinan tunggal satu partai. Dia juga mencoba menenangkan suhu politik yang tersengat saat kampanye dengan menyatakan,”Pidato-pidato propaganda pada saat kampanye selayaknya dilupakan.” Ini tentunya awal yang baik, disamping terpilihnya 74 anggota legisltif perempuan. Sebuah peningkata signifikan ketimbang pemilu sebelumnya.

Disamping, parlemen akan sangat beragam karena banyak muka-muka baru bermunculan, termasuk mantan pemimpin mahasiswa kiri yang menghabiskan bertahun-tahun di penjara (Ertugrul Kurkcu), beberapa anggota CHP yang kini berada di penjara karena dituduh atas rencana kudeta dalam kasus Ergenekon dan Leyla Zana, anggota parlemen dari etnik Kurdi yang pernah terpilih di 1991. Pada saat itu, dia mendatangi parlemen dengan mengenakan bandana bercorak bendera Kurdi dan menolak mengangkat sumpah untuk patuh kepada Negara Turki.

Setelah bertahun-tahun mendekam dalam penjara, Zana kini mencalonkan diri lagi. Beberapa saat lalu, dia berkelakar di depan TV:”Mungkin kali ini saya akan mengenakan jilbab,” mengisyaratkan bahwa hak individu setiap orang harus dihormati dan mereka yang mengenakan jilbab tidak boleh dikeluarkan. PM sendiri mengatakan bahwa setiap penduduk akan menajdi warga Negara kelas satu. Beliau hendak meneguhkan bahwa etnik Turki, Kurdi, Alawi dan minoritas lainnya akan menjadi warga Negara yang sederajat. Ini menjadi pesan penting bagi para pemilih Turki. Sebagai seorang pemimpin yang sangat popular di Timur Tengah, Erdogan tidak lupa mengirim pesan kepada mereka, menyebutkan nama kota-kota mereka, termasuk Palestina yang sedang dijajah dengan penyampaian pesan yang agak dramatis bahwa kedudukan kota-kota tersebut sama dengan kota-kota Turki. Performan internasionalisme menjadi hal baru dalam politik Turki dan menjadikan negara itu sebagai kekuatan diplomatik baru yang melampaui batas negaranya sendiri.

Erdogan juga tak terduga mengingat kembali publik tentang episode gelap dalam sejarah masa lalu Turki di era 1960 ketika kudeta militer tidak hanya menggulingkan pemerintahan demokratis Partai Demokratik namun juga mengeksekusi tiga pemimpin politiknya. Satu diantaranya PM Adnan Menderes karena keberaniannya menolak supremasi militer.  Seperti halnya AKP, kepemimpinan Menderes memerintah Turki tiga kali berturut-turut dan menang pemilu secara telak. Erdogan hendak menyampaikan sikapnya bahwa perjuangan menuju Turki yang demokratis adalah perjuangan yang panjang dan menyakitkan. Dia juga secara tidak langsung mengingatkan masyarakat bahwa “Deep State” tidak lagi dalam posisi mengacaukan keinginan rakyat. Dan semua pesan tersebut disampaikan ditengah kemenangan dan dukungan besar rakyat Turki atas AKP.

*Professor Emeritus Hukum Internasional di Princeton University and Research Professor di  Global and International Studies di University of California, Santa Barbara.

1 Comment

  1. rendysiregar Said,

    Salam, benarkah ini penulis buku Kebangkitan Pro-Islamisme analisis strategi dan kebijakan AKP Turki memenangi pemilu?? jika ya dimana saya bisa mendapatkan buku anda? karna disini (Aceh) sangat sulit menemukan toko buku yg bagus. maaf sebelumnya mengganggu waktu anda.

    Posted on 1 Maret 2014 pukul 22.09

     

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget