Strategi Hamas Lemah

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 08.55


Beberapa komentar para petinggi Hamas pasca agresi Zionis Israel menunjukkan bahwa gerakan Islam ini kehilangan visi strategisnya. Hamas kini tengah menanggung biaya yang tak terperikan karena strategi yang lemah. Kini simak misalnya pernyataan Ismail Haniya, “Agresi Israel tidak akan mencapai tujuan sekalipun berhasil menghancurkan total Jalur Gaza dan tidak menyisakan satupun yang hidup. Hamas tidak akan menyerah.”

Strategi dirancang dan dijalankan aktor politik untuk mencapai tujuan dan sumber daya politik yang dimilikinya dibutuhkan dalam mencapai tujuan dengan biaya yang masuk yang akal. Namun, para pemimpin Hamas tampaknya siap mengorbankan apa saja dan tidak mundur. Posisi ini lebih merefleksikan sikap ideologis ketimbang sebagai strategi. Dalam konteks ini, Hamas dapat dikatakan mengadopsi posisi yang hampir tidak masuk akal.

Kita lihat beberapa peristiwa sejarah. Rasulullah SAW, menandatangani beberapa perjanjian dengan musuh hanya untuk menghindari perang. Beliau juga memuji langkah Khalid bin Walid yang menarik mundur pasukannya saat berperang dengan Romawi. Pertimbangannya, jumlah pasukan yang tidak seimbang. Bahkan Salahuddin sendiri tidak serta terjun menghadapi pasukan Salib di Palestina. Beliau membutuhkan waktu 17 tahun untuk mempersiapkannya.

Dengan standar ini pula, Hamas tidak dalam posisi ini. Para petinggi Hamas harus menjelaskan apa yang dimaksud dengan strategi ‘kemenangan’. Dalam konteks strategi perang, kemenangan setidaknya mengandung 4 hal:

Pertama, kemenangan berarti membasmi musuh. Ini adalah pengertian tradisional sepanjang sejarah. Sebuah negara menyatakan menang setelah menduduki ibukota musuh dan memaksa rejim yang berkuasa menyerah. Dalam kondisi saat ini,  sulit dibayangkan jika Hamas dapat mencapai kemenangan. Yang jelas, kekuatan kedua belah pihak jauh dari seimbang. Mencapai kemenangan dalam konteks ini membutuhkan setidaknya kesatuan negara Arab dan netralitas AS. Keduanya tidak mungkin dilakukan sekarang ini. 

Kedua, kemenangan dapat diraih sebagai akibat gempuran terus menerus atas kekuatan musuh hingga kekuatan musuh rontok karena kehilangan sumber daya material dan personil (war of attrition).  Perang jenis ini biasanya dimenangkan oleh pihak yang memiliki sumber daya yang lebih besar. Hizbullah dan Hamas berupaya mengusir Israel dari Lebanon Selatan di 2000 dan 2006 dengan menggunakan taktik ini. Namun, tidak mungkin Hamas dapat mengusir Israel dari perbatasan 1948 dengan menggunakan taktik yang serupa. 

Ketiga, kemenangan dengan menawarkan perdamaian dalam perang.  Logika ini berpijak kepada asumsi bahwa tidak ada satu kekuatanpun yang memiliki sumber daya yang cukup untuk membasmi total musuhnya. Dalam kontek ini, perang dibuthkan untuk memaksa musuhnya bernegosiasi sehingga tercapai konsensi. Contohnya, perang terbatas Mesir dalam Perang 1973 yang dilanjutkan dengan negosiasi 1979. Demikian pula, akibat Intifadha 1987, masyarakat  internasional menekan Israel untuk mundur dari wilayah pendudukan. Intifadha adalah taktik sukses karena perpaduan yang memadai antara sumber daya yang dimilikinya dan  penetapan tujuan yang masuk akal. 

Keempat, menang berarti menggagalkan musuh mencapai tujuan politiknya. Ini tipe kemenangan ‘kekalahan yang tersamarkan’. Musuh tidak mampu mencapai tujuannya dan menjadikan keuntungan musuh minimum.

Dalam kontek ini, para pemimpin Hamas memfokuskan kemenangan dengan cara mengganggu doktrin keamanannya. Tanpa mempertimbangkan harga politiknya. Akibatnya, Hamas kini dalam situasi lemah karena strategi yang ditetapkan tidak setara dengan sumber daya yang dimilikinya. Hamas tidak dalam posisi yang sama dengan Hizbullah yang didukung Iran dan Suriah, adanya wilayah terbuka untuk mundur serta wilayah perbatasan yang terbuka bagi dukungan logistik. 


* Moataz A. Fattah, Ph.D, Departmen Imu Politik Univ. Cairo dan Central Michigan University                                                                                                                  

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget