Memanipulasi yang Hidup dan Mati

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 09.46

* Dr. James Zogby


Saya tidak mudah kaget. Saya telah melakukan pekerjaan ini sangat lama dan telah melihat banyak hal. Namun saya tidak bisa menerima kejadian berikut ini karena sangat tidak pantas atau manusiawi. Dua cerita ini sangat memalukan dan berbahaya sehingga memaksa saya menulisnya. Keduanya menggambarkan permainan yang ada di Timur Tengah dalam memanipulasi orang-orang yang masih hidup maupun yang telah meninggal.

Pertama adalah kejahatan yang melibatkan Mossad karena memalsukan paspor salah satu agennya untuk membunuh Mahmoud al Mabhouh di Dubai, 19 Januari 2010.

Hukum Jerman menawarkan kewarganegaraan bagi keturunan Yahudi Jerman sebelum Perang Dunia II yang terpaksa lari  karena Holocoust. Memanfaatkan peraturan ini, agen Mossad, Michael Bodenheimer yang mengklaim dirinya sebagai cucu warga Yahudi Jerman yang selamat dari mendapatkan paspor Jerman yang kemudian digunakan untuk membunuh. 

Michael Bodenheimer yang asli adalah seorang rabbi ortodok yang beremigrasi dari Amerika ke Israel. Dia mengklaim bahwa identitasnya dicuri agen Mossad dan dia “tidak pernah meminta paspor Jerman dan juga tidak memilikinya.” Michael Bodenheimer asli dan keluarganya tentu marah karena namanya dicatut. Tidak hanya menyalahgunakan salah satu warganya yang tidak berdosa, namun Mossad juga menyalahgunakan kebijakan Jerman. Tindakan Israel ini jelas sangat berbahaya.

Aksi ini menjadikan Michael Bodenheimer menghadapi masalah. Selain, beresiko bagi semua Yahudi dan mereka yang hendak mencari paspor Jerman.  Jerman sendiri akan  curiga jika  Israel akan mengeksploitasi mereka. 

Ada satu lagi kasus pengungkapan kasus kematian Neda Agha Soltan yang tewas dalam demonstrasi pasca pemilu Iran tahun lalu. Dia dengan cepat menjadi martir dan simbol “revolusi Hijau” Wajahnya terpampang di halaman utama CNN dan BBC dengan sebutan “Malaikat dari Iran”.  Foto ini diambil oleh Voice of America dan disebarkan ke Iran dalam bentuk poster dan T shirt. 

Ceritanya sendiri benar bahwa Neda Agha Soltan terbunuh namun gambar yang disebarkan sendiri bukan fotonya. Jurnalisme yang ceroboh berbaik hati mengambil salah satu foto Neda Soltani, asisten dan murid Sastra Inggris di Universitas Teheran di Facebook. Sekalipun salah namun fotonya sendiri tidak pas. 

Laman Foreign Policy pekan lalu dengan teliti melacak tidak hanya kecerobohan sehingga salah mengidentifikasi namun yang lebih parah lagi adalah konsekuensi bagi Neda yang masih hidup karena menjadi korban kecerobohan. Ketika dia hendak meluruskan kembali identitasnya maka segera rejim Iran memanfaatkannya sebagai kampanye bahwa keseluruhan cerita tentang Neda adalah palsu dan tidak ada pembunuhan tersebut. Namun ketika dia meminta fotonya diganti, alih-alih dia menerima ancaman dan tanggapan negatif dari para pendukung revolusi karena dia dianggap menolak tujuan perjuangan “Malaikat Iran.

Dan ketika orangtua dari Neda yang terbunuh mencoba menggantikan foto yang salah tersebut dengan foto asli anaknya, upayanya sia-sia. Kebenaran sekalipun tidak bisa mengalahkan simbol. 

Karena takut tekanan dari pemerintah dan frustasi karena kehilangan identitas, Neda yang masih hidup terpaksa keluar dari Iran dan mendapatkan suaka di Jerman sekarang.

Sekalipun kedua cerita itu sangat mengganggu, namun cerita ini tidak begitu menarik perhatian media Amerika. Masih lumayan kisah Neda ini menarik minat Foreign Policy ketimbang kisah Bodenheimer yang sama sekali tanpa pemberitaan. 

Pelajarannya adalah ketika pemerintah, media dan lembaga memanipulasi orang hidup maupun mati untuk kepentingan mereka, maka kebenaran dan orang yang tak berdosa yang akan menanggung akibatnya.


*Presiden  Arab American Institute dan penulis Arab Voices: What They Are Saying to Us And Why It Matters (Palgrave-Macmillan, October 2010).

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget