Turbulensi dan Recovery Politik Antara Pakistan dan India

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 10.27


*Ahmad Dzakirin
Dua negara, Pakistan dan India di anak benua India dalam beberapa hal memiliki karakteristik yang relatif sama, baik dalam hal etnisitas, bahasa maupun karakter kultural. Kolonial Inggris akhirnya mempartisi bekas jajahannya menjadi Negara India dan Pakistan karena perseteruan ideologis yang tidak mungkin dirujukkan. Sejak itu, kedua negara bekas jajahan Inggris berada dalam lingkar perseteruan.

Pakistan mendukung perjuangan rakyat Kashmir yang mayoritas Muslim untuk mendapatkan kemerdekaan dari India. Sebaliknya, India men-support- ketidakpuasan penduduk Pakistan Timur sehingga berujung kepada pemisahan di 1971, mereka memproklamasikan negara baru Bangladesh dengan dukungan militer India. Kedua negara juga memperkuat militernya dan mengembangkan senjata nuklir sebagai strategic deterrence. India dengan dukungan AS membangun pangkalan AL di pulau Nikobar, di mulut Selat Malaka. Sebaliknya, Pakistan memfasilitasi China membangun pangkalan AL di Gwadar yang menghadap Selat Hormuz, jalur strategis perdagangan dan militer.

Didalam negeri, pasca merdeka, kedua mengalami tantangan dalam berdemokrasi seperti faksionalitas partai-partai politik, dominasi militer, kepentingan elit politik dan fragmentasi ideologis yang berujung pada isu separatisme. Di Pakistan dan India, kepentingan elit politik dan tuan tanah (land lords) tampak menonjol. Kedua negara mewarisi dampak konflik ideologi dan etnisitas. India sebenarnya dalam konteks ini India lebih menonjol potensi konfliknya ketimbang Pakistan. Tercatat beberapa anasir separatis seperti etnik Assam, Tamil, Sikh dan Kashmir masih menjadi faktor kerentanan unisitas India, ditambah konflik Hindu dengan Muslim. Sementara Pakistan secara ideologis relatif homogen selain konflik karena rivalitas etnik dan politik.

Namun yang membedakan keduanya adalah kedewasaan berpolitik dan berdemokrasi. India lebih stabil dan dewasa dalam berdemokrasi. Militer India memahami peran profesionalnya sehingga menghindari dari ikut campur urusan politik. Walhasil, militer India relatif lebih kuat dan modern dari militer Pakistan. Sebaliknya, elit militer Pakistan lebih genit berpolitik. Tidak kurang tiga kali militer melakukan kudeta yang berujung pada kekalutan politik domestik. Satu hal yang sebenarnya secara jenial ditolak Abu A’la Al Maududi. “Seandainya ada kekuatan militer yang mendukung gerakan Islam untuk melakukan kudeta niscaya akan aku tolak karena saya tidak percaya pada kemanjuran kudeta.”

Partai politik dan para politisi di India relatif lebih dewasa meskipun spektrum ideologis partai politik di India lebih luas ketimbang Pakistan. Ada partai komunis, fundamentalis Hindu dan partai yang secara terang-terangan menyatakan sebagai partai sekular. Partai Konggres yang sekular hampir setiap kali menang dalam Pemilu sejak merdeka, namun ada satu masa, partai Hindu fundamentalis menang, namun proses siklus kekuasaan tidak mengakibatkan turbulensi politik, sekalipun kekuasaan dipegang tokoh fundamentalis Hindu. Sebaliknya di Pakistan, kompetisi politik dan pergantian kekuasaan selalu berakhir dengan kekacauan yang berujung terbunuhnya para aktor politik. Liquat Ali Khan, Zulfikar Ali Bhutto, Zia Ulhaq, Benazir Bhutto dan banyak lainnya.

Tampaknya para elit politik India sadar bahwa dalam sistem demokrasi ada proses komunikasi politik kendati sekalipun ada kompetisi ‘keras’ partai politik. Outputnya itu adalah negosiasi, kompromi dan akomodasi. Ada common values (nilai bersama) yang disepakati dan menjadi rule of play sesama komponen partai politik. Ada pemenang pemilu dan juga ada yang kalah, ada partai pemerintah namun juga ada partai oposisi. Ada checks and balances, kontrol publik dan kebebasan Pers. Sementara rakyat memiliki preferensi politik sendiri berdasarkan penilaian yang dimilikinya. Dalam atmosfer ini, image (pencitraan) menjadi isu penting bagi partai politik dan publik. Positifnya, partai politik menjadi ‘seolah-olah’ mematuhi dan menegakkan hukum, anti korupsi dan bekerja untuk melayani rakyat. Artis tenar dan kuat seperti Sanjay Dutt meringkuk dalam penjara karena tuduhan pembunuhan. Sebaliknya di Pakistan, para politisi saling baku bunuh. Disepanjang Pakistan merdeka, para pelaku pembunuhan politik mulai dari Liquat sampai Benazir tidak pernah diketahui maupun diseret di muka hukum. Karena boleh jadi pelakunya adalah dari kalangan mereka sendiri.

Tidak heran, jika India menuai kemajuan yang lebih baik secara ekonomi maupun militer.  India kini menjadi kekuatan penting di Asia setelah China. Ekonomi India mencapai tingkat pertumbuhan yang signifikan dalam dasawarna terakhir. IT, telekomunikasi dan otomotif menjadi andalan baru industri India. Prestasi yang kelihatan sulit dicapai Pakistan.

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget