Dalam perspektif ini pula, Indonesia bisa menjadi negara maritim utama dunia (major maritime power) seperti halnya, AS, Inggris, Perancis dan China. Indonesia dapat pula menjadi negara pusat (central state), dimana kedudukan negara sebagai pusat (center) atas beragam daerah periferi dengan kebijakan kontrol pusat atas daerah yang diperlunak (desentralisasi). Indonesia selain itu memiliki kekayaan etnisitas, kultur dan agama demikian pula kekayaan sumber daya dan demografis.
Sebuah visi Indonesia yang analitis Indonesia kedepan hendaknya menghindari kemungkinan bagi lahirnya disintegrasi. Oleh karena itu, pandangan geopolitik yang digunakan hendaknya memiliki visi kulturalis, yang menghipotesiskan bahwa integrasi nasional sejatinya muncul dari terbentuknya budaya nasional. Budaya nasional menjadi factor penggerak sejarah Indonesia. Berbagai suku yang berbeda akhirnya dipersatukan dengan tujuan bersama melawan penjajahan (dominasi) asing baik melawan Belanda maupun menentang komunisme pasca Belanda dan seterusnya hegemoni Amerika. Keragaman budaya menciptakan konsep non religius dalam politik dan singularitas Indonesia, yakni konsepsi bukan negara agama dan juga bukan negara ateis. Indonesia telah berhasil mengawinkan Islamisme dengan budaya lokal pra Islam atau secara definitif mempertemukan Islam dengan Hindu dalam prinsip-prinsip universal.
Dalam konstelasi Internasional, Indonesia dan Perancis menghadapi problem bersama bagaimana membangun tata hubungan internasional yang seimbang. Dalam Perang Dingin, Perancis pada masa De Gaulle dan Indonesia pada masa Sukarno sejatinya telah berusaha membangun politik jalan ketiga yang dapat disebandingkan dengan prinsip-prinsip Non-Blok, yakni menghindari imperialisme AS dan Komunisme.
Indonesia menghadapi suatu tantangan yang muncul dari pertentangan kepentingan antara AS dan China. Indonesia merupakan sebuah kekuatan yang riil, tidak hanya demografis, namun politik dan ekonomi. Indonesia telah menyatakan keinginannya untuk berperan di dunia Internasional, dengan mengirimkan pasukan perdamaian di Kongo, Lebanon dan Sudan serta menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan yang turut mengambil kebijakan dan bersikap independen dalam mengambil keputusannya seperti yang tercermin dalam isu Iran.
Indonesia dapat menjadi kekuatan penting dunia yang sejajar dengan Rusia dan India. Indonesia pada gilirannya menjadi kekuatan politik penyeimbang yang dapat mencegah bipolarisasi dunia antara AS dan China.
Indonesia dalam segi apapun sebenarnya memiliki semua yang dibutuhkan untuk mengembangkan politik internasional yang seimbang. Pendapat ini berangkat dari sebuah alasan yang sederhana yakni bahwa keseimbangan dunia kedepan sangat ditentukan oleh relasi Barat, Islam dan China. Indonesia dalam konteks ini memiliki hubungan dengan setiap actor tadi yang bukan sekedar hasil dari fakta geografis yang dimilikinya namun juga identitas domestik dan politik Luar Negeri yang bebas aktif. Indonesia dalam pandangan Indonesianis Perancis, Denis Lombard, adalah persimpangan (intersection) budaya, peradaban, manusia dan agama.
*Disarikan dari ceramah Prof Aymeric Chauprade dalam seminar internasional Geopolitik yang diselenggarakan oleh CIR (Center for Indonesian Reform di Hotel Le Meredien, Maret 2008
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: