Dalam sepuluh tahun terakhir, anggaran militer negara-negara di dunia meningkat 45 persen. Dan, hampir separo dari total belanja militer tersebut didominasi Amerika Serikat (AS). Pengeluaran untuk 2007 meningkat enam persen atau total USD 1.339 miliar (sekitar Rp 12.482 triliun) yang dibelanjakan untuk pengadaan persenjataan dan perlengkapan militer. Jumlah tersebut sangat fantastis mengingat peningkatan pendapatan per kapita global (Gross Domestic Product) hanya 2,5 persen atau USD 202 (sekitar Rp 1,8 juta) per kepala untuk 6,6 miliar penduduk dunia. AS memimpin hampir separo total anggaran belanja militer global tersebut atau mencapai USD 547 miliar (sekitar Rp 5.103 triliun), disusul belanja militer negara-negara di Eropa sebesar 162 persen dan Timur Tengah 62 persen, sementara Eropa Barat hanya sebesar 6 persen.
Peningkatan anggaran militer tersebut tidak terlepas dari instabilitas kawasan yang dipersepsikan oleh negara-negara yang bersangkutan (threat perception). AS sedang menghadapi kegentingan situasi di Irak dan Afghanistan serta ancaman terorisme global. Kawasan Eropa Timur terancam konflik akibat rencana beberapa negara bekas Uni Soviet masuk NATO dan disusul penempatan rudal NATO di kawasan tersebut. Rusia menjadi penentang utama dan keras atas rencana tersebut. Sedangkan kawasan Timur Tengah bertalian erat engan konflik bekerpanjangan di Palestina dan ancaman invasi AS atas Iran. Adapun Eropa Barat relatif minus konflik sehingga tidak berimplikasi pada peningkatan anggaran militernya secara signifikan. Unifikasi Eropa menjadi factor utama stabilitas di kawasan ini.
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: