*Fawaz A. Gerges 
Hampir satu dasawarsa pasca 11 September 2001, Islam dan Muslim Amerika menghadapi ujian di Amerika. Mereka dikaitakan dengan dengan Al Qaeda hanya karena beragama sama. Selain karena petualangan militer Amerika (di Irak dan Afghanistan-Pakistan), membengkaknya hutang nasional dan militerisasi urusan domestik, maka politik terorisme dan penggambaran tentang terorisme sendiri (bahwa Barat dibawah ancaman permanen aksi terorisme) tak pelak membuka kecerobohan fatal aspek kultural, hukum dan filosofis dalam masyarakat Barat. Kecenderungan ilberal dan penerapan hukum draconian yang ditujukan atas kaum Muslimin telah merasuk banyak negara Barat dan mengancam pinsip-prinsip dasar masyarakat Barat sendiri.

Islamopobia yang Busuk

Islamopobia yang sering disebut “anti Semitisme baru” telah mencapai puncaknya dengan pelbagai bentuk dan alasannya. Dan kini merasuki Amerika. “Perang Global atas Teror” telah memberi alasan kepada kelompok sayap kanan untuk mendemonisasi kaum Muslimin serta menganggap mereka sebagai makhluk asing dan angkatan kelima dalam masyarakat Barat. Meskipun awalnya kampanye dilakukan kelompok sayap kanan, namun sentimen ini menjadi arus utama. 

Di Eropa, alarm bahaya Islamisasi di benua Eropa berbunyi, berasumsi bahwa krisis demografis kini tengah terjadi di Eropa karena kaum Muslimin melampaui jumlah umat Kristen. Pandangan ini umum terjadi seperti yang terefleksikan dalam pelbagai tulisan mulai yang halus  semisal Reflections on the Revolution in Europe karya Christopher Caldwell atau yang kontroversial seperti America Alone-nya Mark Steyn and Eurabia-nya Bat Ye’or. 

Pelbagai hasil survei dan jajag pendapat menunjukkan angka yang semakin meningkat pandangan negatif Barat atas Muslim. Banyak dari mereka yang tidak yakin memberikan hak dan kebebasan beragama yang sama dengan yang lain. Menurut survey nasional Universitas Cornell, hampir separoh rakyat Amerika (44 persen) menyatakan bahwa pemerintah harus membatasi kebebasan sipil Muslim Amerika. 

Kini tumbuh industri rumahan para komentator dan politisi Barat yang menghina Islam. Perang atas Teror menjadi dalih yang pas untuk aksi ini. Sementara para “ahli” terror seperti Daniel Pipes, Steven Emerson dan Robert Spencer memimpin aksi anti Islam yang berkembang luas. Untuk melihat retorika beracun ini, and dapat baca blog Washington blog Martin Peretz, kepala editor New Republic yang menyatakan, “Terus terang, kehidupan Muslim itu murah, bagi kebanyakan Muslim.” Peretz –pendukung gigih Israel-menambahkan: ”Saya bertanya-tanya apakah perlu menghormati orang-orang ini dan berpura-pura mereka ini berharga bagi keistimewaan Amandemen Pertama (Konstitusi kita) yang saya berani tebak akan akan dilanggarnya.

Meskipun Peretz meminta maaf dua kali atas komentarnya, namun dia menegaskan bahwa kehidupan Muslim itu murah. “Ini adalah pernyataan factual bukannya nilai”, dalihnya.  Menulis di Forward, Matthew Duss dari Center for American Progress mencatat bahwa kebencian atas komunitas Arab dan Muslim mendapatkan tempat yang nyaman di New Republic, salah satu majalah liberal dan tertua yang paling dihormati, namun juga menjadi forum kelompok pro Israel yang gemar menggelorakan ketakutan atas Islam demi keuntungan politik. 

Untuk Fox News, rumah bagi Glen Beck dan Sean Hannity, serta host bagi beberapa radio debat yang berjaringan seperti Rush Limbaugh dan Michael Savage sering kali mempromosikan Islamopobia secara nasional. Ditambah lagi beberapa politisi kenamaan seperti Newt Gingrich, Peter King dan Senator Saxby Chamblis melegitimasi upaya demonisasi kalangan Muslim dengan bahasa tegas dan menyesatkan. Sementara para pemimpin keagamaan dari Evangelical Christian Movement seperti –beberapa diantaranya- Pat Robertson, John Hagee dan Franklin Graham menyumbang intensifikasi dan eskalasi fenomena ini diseluruh Amerika. 

Hal yang sama, debat menyeruak penjuru Eropa, yang sering disebut sebagai rumah bagi liberalisme dan multikulturalisme. Masyarakat Swiss yang plural memveto pembangunan masjid, sekalipun jumlah Muslim disana hanya 400 ribu dan kebanyakan mereka bukan berasal dari Arab maupun Afrika tapi masyarakat Eropa sendiri yang berasal dari Bosnia, Albania dan Kosovo. Belgia dan Perancis juga sedang mendebatkan undang-undang yang melarang pemakaian niqob dan segala bentuk penutupan wajah. Di bulan 2010, larangan ini disetujui di majelis tinggi maupun rendah di Perancis dengan suara mayoritas dan akan berlaku di musim semi 2011. 

Sentimen anti Muslim di banyak Negara Eropa yang memiliki minoritas Muslim besar ini berbarengan dengan kampanye anti imigran yang dipicu kondisi ekonomi yang sulit dan tingkat pengangguran yang tinggi ini. Fenomena ini menimbulkan tanda tanya perihal masa depan masyarakat Barat yang multi cultural dan relijius. Semakin mempertajam debat ini, Osama bin Laden dan Ayman al Zawahiri merilis beberapa rekaman video yang berisi kecaman atas diskriminasi yang menimpa kaum Muslimin. Oleh karena itu, mereka menyerukan akan membalas negara-negara Eropa yang menghina Islam dan Nabi. Ironinya adalah bahwa para penghina Islam menyediakan amunisi bagi bin Laden dan sejawatnya untuk melakukan aksi pembunuhan.

Hal yang sama, gema cultural perang atas terror telah menguji prinsip-prinsip Amerika tentang kebebasan individu dan toleransi. Dari 300 juta penduduk Amerika, 2,5 hingga 7 juta diantaranya adalah Muslim. Sepertiganya adalah Afro Amerika. Konfrontasi telah pecah dalam rencana pembangunan masjid di Tennessee, California, Georgia, Kentucky, Wisconsin, Illinois, demikian pula di Brooklyn, Staten Island, Midland Beach dan Sheepshead Bay di New York. Yang paling mencemaskan dan terbuka adalah pertarungan atas rencana pembangunan Masjid dan pusat Muslim di dua blok dari Ground Zero di Lower Manhattan atau mereka sering sebut Masjid Ground Zero. 

Para Islamophobia seperti Pamela Geller dan Robert Spencer telah menjadikan rencana pembangunan Masjid dan pusat Islam sebagai aksi anti Muslim. Newt Gingrich memimpin penentangan atas pembangunan masjid selama Arab Saudi melarang pembangunan gereja dan sinagog.   “Membangun masjid beberapa blok dari tempat dimana para ekstrimis Islam membunuh lebih dari 3000 ribu warga Amerika adalah bentuk kemenangan”, tandasnya. Gingrich menjustifikasi penentangannya dengan membuat analogi Muslim dengan holocaust: “Nazi tidak memiliki hak mendirikan tanda disamping museum Holocoust di Washington”, dalihnya. Sementara itu, komentator konservatif, Charles Krauthammer membuat argumen serupa dalam beberapa kali editorial Washington Post. 

Para politisi sayap kanan segera masuk dalam barisan menghina Islam dan kaum Muslimin dengan melemparkan tuduhan politik murahan. Ketika berkampanye untuk jabatan Gubernur di Negara Bagian New York, Rick Lazio mengklaim bahwa rencana pembangunan Masjid merusak hak warga New York untuk “merasa aman dan menjadi aman.

Sejumlah politisi dan penduduk mendukung rencana pembangunan Masjid berdasar kepada prinsip kebebasan beragama, termasuk diantaranya walikota New York Michael Bloomberg dan akhirnya Presiden Obama yang memberikan dukungan setelah mendengar keputusan Komisi Tata Kota New York yang menyetujui rencana tersebut. Namun debat yang panas menjelaskan dengan gamblang bahwa politik terorisme dan penggambarannya telah mengancam sendi-sendi Amerika. Sekalipun Obama sendiri mempertanyakan “kearifan” dibalik pembangunan pusat Islam di lokasi yang dipermasalahkan.

Sentiment anti Muslim telah menyebar luas di pelbagai sudut Amerika. Pastor Bill Rench dari Temecula’s Calvary Baptist Church di California mungkin pas untuk digambarkan sebagai pihak yang menentang pembangunan masjid di Temecula. “Cengkeraman Islam tidak kuat disini dan kita benar-benar tidak ingin melihat pengaruh mereka menyebar,” tuturnya kepada Los Angeles Times. “Ada keprihatinan terhadap segala rumor yang anda dengar tentang pelbagai sel tidur dan semua itu. Apa kita cukup nyaman hanya karena orang-orang itu mengatakan bahwa Islam adalah agama damai? Banyak orang mengatakan hal yang sama.

Satu Dekade Sentimen Anti Muslim Mencapai Puncaknya

Di 2010, Muslim West Fact Project Gallup mempublikasikan hasil polling tentang prasangka rakyat Amerika tentang Islam. Mereke menunjukkan hubungan kausal antara meningkatnya anti Islam dan politik terorisme. Penemuan paling signifikan dari polling ini sendiri tidak mengejutkan. Dari 53 persen responden yang berpendapat tentang Islam 23 persen menyatakan “tidak terlalu menguntungkan” dan 31 persen diantaranya menyebutkan “tidak menguntungkan sama sekali.” Rakyat Amerika dua kali lebih berpandangan negatif terhadap Muslim ketimbang terhadap Budha, Kristen atau Yahudi. Mayoritas rakyat Amerika -66 persen- tidak setuju dengan pendapat bahwa kebanyakan Muslim menerima agama lain. Dan 68 persen percaya bahwa pada dasarnya keyakinan Muslim dan Kristen pada dasarnya sama. Yang tidak begitu mengejutkan, mayoritas rakyat Amerika mengakui sedikit mengetahui -40 persen tentang Islam atau sama sekali tidak tahu -23 persen.  

Mengomentari penemuan Gallup, kolumnis Boston Globe, James Carrol menyatakan bahwa Muslim sangat disalapahami dan secara salah dinilai namun rakyat Amerika “sedang dalam keadaan perang dan takut” dan oleh karena itu  ketakutan berlebihan mereka semakin menyiram kobaran prasangka.  Dia menyatakan kasus stereotipe atas Muslim sebagai arus tak terlihat yang bergejolak dibawah permukaan kultur barat selama satu millennium. Kolumnis Philadelphia Inquirer Stephan Salisbury memperingatkan bahwa arus anti Muslim yang sekarang ini dijalankan oleh para kandidat politik terkenal dapat mengantar munculnya pintu darurat pemimpin jahat yang dapat mensintesiskan demonisasi dan sekaligus pengkambinghitaman Muslim, terlebih diperparah dengan kondisi ekonomi yang buruk, semakin menguatnya aktivisme sayap kanan dan tersebarnya kecaman para pejabat di Washington. Muslim Amerika adalah ancaman baru dari dalam dan sentiment anti Muslim “kini tersebar luas seperti udara beracun yang tidak dapat dihalangi dan dikendalikan”

Huruf M menjadi istilah peyoratif di Amerika.  USA Today menguraikan pertanyaan mengapa sejumlah rakyat Amerika percaya Presiden Obama seorang Muslim. 18 persen menyatakan presiden seorang Muslim dan meningkat 11 persen di Maret 2009. Menurut survey Pew Research tentang Agama dan Kehidupan Publik yang dirilis Agustus 2010. Hampir seperlima rakyat Amerika percaya Obama adalah Muslim, naik dari sepersepuluh tahun lalu. Polling Newsweek mendapati bahwa 52 persen Republikan percaya bahwa percaya bahwa “jelas benar” atau “mungkin benar” bahwa “Barack Obama bersimpati dengan tujuan fundamentalis Islam yang ingin menerapkan hukum Islam di seluruh dunia.”

Ada upaya orang-orang dekat Presiden menganggap enteng penemuan yang mengejutkan ini. USA Today menganggap M-Word sebagai olok-olok yang digunakan untuk memanggil seseorang Muslim hanya ketika anda tidak menyukainya, takut atau tidak setuju dengannya. Cara untuk menghina lawan politik kita dengan cara halus.

Penggambaran terorisme dan kebangkitan Islamopobia di Barat, khsususnya di Amerika merusak nilai Amerika dan Barat di seluruh dunia. Kondisi ini akan menjadi pembenar bagi bin Laden dan sejawatnya untuk memerankan diri mereka sebagai pejuang yang sah ataupun pembebas yang melawan satu-satunya Negara adidaya yang masih ada, sejak akhir 90-an, tujuan fundamental Al Qaeda menjadi sumbu bagai perbenturan budaya antara dunia Islam dan Barat Kristen. Meskipun bin Laden dan sejawatnya kalah dalam perjuangannya untuk mendapatkan dukungan umat Islam Islam, namun Islamopobia Barat telah menyiramkan bahan bakar sekaligus oksigen bagi Al Qaeda sehingga bertahan lebih lama. 


*Professor of Middle Eastern Politics and International Relations di  London School of Economics and Political Science, London University. Diantaranya bukunya adalah  “The Far Enemy: Why Jihad Went Global,” dan akan terbit, “The Rise and Fall of al-Qa`ida: What American and Western Politicians and Terrorism Experts Do not Tell You”

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget