Dari Mossadegh Hingga Ahmadinejad CIA dan Pengalaman Iran

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 09.41


*Thierry Meyssan
Berita tuduhan kecurangan pemilu telah menyebar keseluruh penjuru Teheran seperti api yang membakar, mengantar pendukung Rafsanjani bertarung dengan pendukung Khamenei di jalanan kota. Situasi kaostik ini secara rahasia disetir oleh CIA yang menebarkan kebingungan dengan mengirimkan pelbagai SMS yang saling kontradiktif. Ini adalah eksperimen perang psikologis.

Maret 2000, Menlu Madeline Albright mengakui bahwa pemerintahan Eisenhower mengorganisir perubahan rejim di Iran, 1952 dan bahwa peristiwa bersejarah ini menjelaskan permusuhan rakyat Iran kepada AS dewasa ini. Minggu lalu, dalam pidatonya di depan kaum Muslimin di Kairo, Presiden Obama secara resmi mengakui bahwa ditengah perang dingin, AS memainkan peran dalam mendongkel pemerintahan demokratis Iran.

Pada waktu itu, Iran diperintah oleh pemerintahan monarki boneka yang dipimpin oleh Shah. Dia didudukkan diatas singgasana oleh Inggris setelah memaksa ayahnya Reza Pahlavi yang pro Nazi mundur. Namun Shah harus berbagi kekuasaan dengan PM nasionalis, Mohammad Mossadegh. Mossadegh, dengan bantuan Ayatollah Abou al-Qassem Kachani, menasionalisasi sumber minyak Iran. Inggris marah dan meminta AS bertindak sebelum Iran berubah menjadi negara komunis. CIA kemudian melakukan operasi Ajaz untuk mengulingkan Mossadegh dengan bantuan Shah. Mossadegh digantikan jenderal Nazi, Fazlollah Zahedi sebelum ditahan Inggris. Karena dianggap bertanggung jawab atas aksi terrornya yang keji. Sementara pada saat bersamaan, AS menutupi kejahatan Shah. 

Operasi Ajax dipimpin oleh seorang arkeolog, Donald Wilber, sejarawan Kermit Roosevelt (cucu Presiden Theodore Roosevelt) dan Jenderal Norman Schwartzkopf Sr. (yang memiliki nama yang sama dengan anaknya yang memimpin operasi Desert Storm). Operasi ini adalah contoh gamblang tindakan subversif. CIA muncul dengan skenario yang memberi kesan sebagai pemberontakan rakyat namun sejatinya adalah operasi rahasia operation. 

Puncak aksinya adalah demonstrasi di Teheran dengan 8000 orang yang dibayar CIA untuk kepentingan konsumsi media Barat. 

Apa sejarah berulang kembali? Washington mengecam rencana serangan militer atas Iran dan meminta Israel membatalkannya. Untuk melakukan perubahan rejim, pemerintahan Obama lebih menyukai aksi diam-diam, sedikit bahayanya namun hasilnya dapat diharapkan. Setelah pemilihan presiden Iran, demontrasi besar-besaran di jalanan Teheran pecah antara pendukung Presiden Ahamadinejad dan pemimpin tertinggi Ali Khamenei di satu sisi dengan kandidat yang kalah Mir-Hossein Mousavi dan mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani disisi lain. Demonstrasi ini sendiri adalah tanda perpecahan dalam masyarakat Iran antara kalangan proletar nasionalis dengan kalangan borjuis karena merasa dihalang-halangi menjadi bagian dari globalisasi ekonomi. Dengan aksi rahasianya, Washington mencoba menunggangi aksi itu untuk mengguilingkan presiden terpilih. 

Sekali lagi, Iran menjadi medan eksperimen bagi metode subversif inovatif CIA. Di 2009, CIA mengandalkan senjata baru: mengendalikan telepon seluler. Sejak demokratisasi telpon selular, dinas rahasia Anglo Saxon (Barat) telah meningkatkan kemampuan teknologi penyadapan. Sementara penyadapan telepon kabel menuntut adanya instalasi sirkuit cabang –dan oleh karena itu membutuhkan agen lokal, maka penyadapan telepon selular dapat dilakukan dari jauh dengan menggunakan jaringan Echelon. Namun  jaringan ini tidak dapat menyadap komunikasi telpon mobil Skype, yang menjadi kesuksesan telepon Skype di wilayah konflik. Oleh karena itu, NSA (Badan Keamanan Nasional) melobi penyedia jasa internet dunia bersedia bekerjasama dengan CIA dan sebagai gantinya operator ini akan mendapatkan keuntungan yang besar.

Di banyak negara dibawah pendudukan –Irak, Afghanistan dan Pakistan- dinas rahasia Anglo Saxon (Barat) menyadap semua komunikasi telepon baik kabel maupun nir kabel. Tujuannya bukan untuk mendapatkan transkrip penuh setiap pembicaraan, namun mengidentifikasi jaringan sosialnya. Dengan kata lain, telepon adalah alat penyadapan yang digunakan untuk mengetahui siapa teman seseorang. Harapannya, untuk mengetahui jaringan perlawanan. Kedua, telepon memungkinkan untuk melokalisasi target yang diindentifikasi dan menetralkannya. Inilah mengapa di Februari 2008, pemberontak Afghan memerintahkan pelbagai operator untuk menghentikan aktivitas hariannya dari jam 5 sore hingga 3 pagi untuk menghindari dinas rahasia dapat melacak keberadaan mereka. Antenna relay yang menolak bekerjasama akan dirusak.  

Dengan perkecualian komunikasi telepon yang sering dihantam, pasukan Israel sebaliknya menyakinkan tidak akan menghancurkan komunikasi telepon di Gaza selama operasi Cast Lead dari Desember 2008 hingga Januari 2009. ini adalah perubahan strategi. Sejak Perang Teluk, strategi yang paling umum itu dijelaskan dalam teori lima lingkarannya Kolonel John A. Warden.  Pemboman infrastruktur telepon dianggap sebagai sasaran strategis untuk membingungkan penduduk dan untuk memotong jalur komunikasi antara komandan pusat dan para pejuang. Kini hal yang sebaliknya berlaku: jalur komunikasi dilindungi. Selama pemboman Gaza, operator Jawwal menawarkan talk time tambahan bagi para pengguna –resminya untuk membantu mereka namun sejatinya de facto melayani kepentingan Israel. 

Satu langkah lebih maju, dinas rahasia Anglo Saxon dan Israel mengembangkan metode perang pesikologis yang berbasis penggunaan secara luas telepon selular. Di Juli 2008, setelah pertukaran tawanan antara Israel dan Hizbullah, robot membuat puluhan ribu panggilan telepon ke telepon selular penduduk Lebanon. Suara dalam bahasa Arab ini memperingatkan mereka untuk tidak membantu Hizbullah. Menteri Komunikasi Lebanon, Jibran Bassil mengajukan keluhan kepada PBB atas pelanggaran terang-terangan atas kedaulatan sebuah negara. Berikutnya, puluhan ribu panggilan serupa diterima penduduk Lebanon dan Suriah, oktober 2008 yang menawari 10 juta dollar untuk informasi yang mengarahkan kepada lokasi dan pembebasan tawanan Israel. 

Metode itu kini digunakan di Iran untuk menipu rakyat, menyebarkan berita mengejutkan dan menangguk hasil berupa kemarahan.

Pertama, sms tentang hasil penghitungan suara dikirim sepanjang malam. Menurut sms itu Dewan Penasehat Konstitusi mengucapkan selamat atas kemenangan Mir Hossein Mousavi. Setelah itu terdengar kabar hasil resmi yang menyatakan Mahmoud Ahmadinejad menang dengan perolehan 64 persen suara sehingga tampak seperti manipulasi suara. Namun tiga hari kemudian, M. Mousavi dan teman-temannya menganggap kemenangan besar Ahmadinejad sudah jelas dengan mencoba menjelaskan hal itu karena kampanye yang tidak seimbang. Bahkan mantan presiden Akbar Ali Hashemi Rafsanjani menjelaskan kekecewaan itu dalam sebuah surat terbuka. Lembaga survey AS di Iran sendiri memprediksikan 20 angka lebih tinggi ketimbang pesaingnya Mousavi.  Kemenangan Mousavi hampir tidak mungkin sekalipun ada kemungkinan penyelewengan.  

Kedua, penduduk Iran dipilih ataupun dengan bersukarela berdiskusi di Facebook ataupun memberikan masukan lewat Twitter. Mereka menerima informasi –baik salah maupun benar- (juga melalui sms) tentang evolusi krisis politik dan demonstrasi yang tengah terjadi. Posting baru anonym yang menyebarkan berita tentang kontak senjata dan banyaknya korban tewas tidak dapat dikorfirmasi. Karena bertepatan dengan jadwal pemeliharaan, Twitter seharusnya melakukan shutdown sementara namun Departemen Luar Negeri meminta situs jejaring ini menundanya. Menurut New York Times, operasi ini telah menyumbang perlawanan penduduk Iran. 

Secara terus menerus, dengan cara baru ini, CIA memobilisasi para militant di AS dan Inggris meningkatkan kekacauan. Bimbingan praktis untuk revolusi Iran didistribusikan kepada mereka yang berisi sejumlah rekomendasi termasuk:

-mengeset akun Twitter mereka dengan zona waktu Teheran,
-memusatkan pesan pada akun Twitter berikut ini: @stopAhmadi, #iranelection dan #gr88 ;
-situs resmi pemerintah Iran tidak boleh diserang dan membiarkan militer AS yang menanganinya.

Ketika diterapkan, rekomendasi ini membuat upaya otentifikasi pesan di Twitter menjadi sulit. Sulit dilacak apakah pesan ini dikirim saksi mata demonstrasi di Iran atau agen CIA di Langley. Demikian pula susah untuk membedakan antara berita yang benar dengan yang palsu. Tujuannya jelas menciptakan lebih banyak kebingungan dan mendorong rakyat Iran bertarung satu sama lain.

Para staf jenderal AS di seluruh dunia memantau secara dekat peristiwa di Teheran ini. Mereka juga mengevaluasi apakah eksperimen metode subversi baru di Iran ini efektif atau tidak. Namun yang jelas, proses destabilisasi Iran tengah terjadi. Tidak jelas apakah CIA dapat memerintahkan para demonstran melakukan apa yang Pentagon ingin lakukan atau tidak.





*Thierry Meyssan, Journalis dan penulis, Presiden  Voltaire Network

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget