Yang menarik artikel Hasting mengaitkannya dengan ungkapannya yang ceroboh didepan publik. McChrystal tidak tahu bagaimana dia harus mererspon atasannya, “Saya tidak tahu harus berbuat apa hingga saya sendiri sampai disana. Itulah masalahnya.” Meskipun di tahu benar posisi media namun dia menjawabnya dengan caranya sendiri:
“Apa anda bertanya tentang Wapres Biden?”, tanya balik McChrystal dengan tawa,”Siapa itu? Biden? Penasehat senior. Apa kata kamu: Gigit aku?”
Meskipun ucapan hinaan tersebut akan merusak strategi perangnya namun yang lebih dari itu secara tersirat menjelaskan adanya ketidakpercayaan yang mendalam kalangan militer atas pemerintah sipil yang dianggap tidak memahami kebutuhan mereka dan tidak tahu tentang perang. Artikel Hasting menjelaskan Obama tidak mengenal siapa McChrsytal, orang yang menjalankan perangnya. Dia tampaknya tidak berinteraksi langsung dengannya.
Meskipun ucapan McChrystal telah menarik perhatian media. Namun beberapa pihak menanyakan apa yang menyebabkan terjadinya perselisihan antara pihak militer dan pemerintah. Analisis yang disampaikan Hasting menjelaskan tentang kultur militer dalam berhubungan dengan para pemimpin sipil berikut otoritasnya. Para prajurit di Afghanistan menurut Hasting tidak mengetahui batasan-batasan tersebut. Bahkan hubungan dan ikatan McChrsytal atas mereka tampak jauh lebih kuat ketimbang tanggung jawabnya sebagai seorang komandan. Formasi kelompok sejatinya adalah hal fundamental yang dibutuhkan bagi pembentukan militer yang efektif karena hal ini akan menciptakan mentalitas prajurit yang siap melindungi temannya. Namun mentalitas semacam ini tidak dimiliki kalangan sipil yang tidak memiliki pengalaman tempur. Mereka jelas tidak ingin mati menjadi bawahan, mendapatkan kepercayaan dari komandannya atau semacamnya.
McChrystal yang dilahirkan dalam lingkungan militer menginternalisasi kultur tersebut dalam dirinya yang bergantung kepada pandangan kontradiktif tadi. Kenyataannya dalam perkiraan Hasting tentang masa muda McChrystal di West Point, dia memiliki kemampuan untuk “bertindak nyeleneh” pada titik dia tidak akan terusir. Kebiasaannya ini telah menjadi karakter kedua bagi dirinya. Dia telah melakukan hal-hal semacam itu disepanjang karir militernya namun tindakannya yang terakhir jelas salah dikalkulasikannya.
Sebelum skandal terbarunya, McChrystal merupakan prajurit Amerika idela. Dilahirkan dalam keluarga militer, lulus dari West Point dan kemudian terlibat dalam perang Amerika di Timur Tengah, McChrystal melejit ke puncak dengan cara yang tidak konvensional. Posisinya di Harvard dan Badan Hubungan Luar Negeri dan juga sebagai komandan baret hijau di 1979 telah menempatkannya sebagai prajurit intelektual.
Setelah berperang dalam Perang Teluk Pertama, McChrystal menjadi komandan jenderal di Komando Operasi Khusus Gabungan (JSOC) di 2003, dan komandan puncak di 2006. Badan ini bertanggung jawab atas misi pasukan khusus di luar negeri yang sukses menangkap Saddam Hussein dan membunuh pemimpin Al Qaeda Irak, Abu Musab al Zarqawi.
Tugasnya sebagai komandan JSOC termasuk juga menangani pasukan elit Delta Force dan unit Navy Seals, meskipun dia menghabiskan banyak waktunya di Irak mengepalai operasi-operasi khusus disana. Dalam kapasitasnya sebagai komandan JSOC, dia mengembangkan hubungan khusus dengan CIA dan organisasi intelejen militer lainnya. Walhasil, banyak hal tentang dirinya menjadi rahasia (selama bertahun-tahun Pentagon tidak mengakui eksistensi JSOC).
Namun skandal terbarunya bukan satu-satunya hal yang merusak citranya sebagai jenderal Spartan yang ideal. Insiden pertama melibatkan kematian seorang prajurit Amerika. Mantan bintang sepak bola Pat Tillman tewas karena tertembak temannya sendiri. Karena berita ini hal yang dihindari Pentagon. Maka dipilihlah berita bahwa dia tewas berperang dan terbunuh oleh ekstrimis Islam. Enam investigasi dan dua kali dengar pendapat dengan Konggres mengungkapkan kebohongan McChrystal ketika merekomendasi medali penghargaan untuk Tillman.
Noda kedua reputasi McChrystal berkaiatan dengan tindakan yang dilakukan bawahannya. Pertanyaannya adalah apakah dia terlibat dalam pelanggaran sistematik atas para tahanan Irak seperti yang disampaikan dalam laporan Human Right Watch No Blood No Foul. Meskipun tidak dapat dibuktikan jika McChrystal memerintahkan pelanggaran tersebut atau ada selama pelanggaran terjadi namun sebagai komandan JSOC dia mengawasi tindakan yang dilakukan oleh anak buahnya yang melakukan pelanggaran. Banyak yang berpendapat bahwa dia juga harus bertanggungjawab atas tindakan anak buahnya.
Meskipun ada kontroversi ini, namun di mata publik Amerika, McChrystal hingga kini lebih dikenal laiknya Chuck Norris ketimbang sebagai orang yang membohongi publik Amerika perihal seorang prajurit selebritis atau terlibat dalam pelanggaran serius atas HAM. Sebaliknya, kebanyakan tulisan tentang dirinya di pelbagai media menggambarkannya sebagai jendral yang tegas dan disiplin. Suka berolahraga dan sedikit tidur.
McChrsytal sangat dihormati oleh anak buahnya di Kantor Kepala Staff. Mereka menyebut dirinya sebagai ilmuwan prajurit yang sangat berdisiplin. Selain dia memulai rapatnya dengan 25 pejabat militer yang dibawahinya, dia juga melarang alkohol, Burger King dan Pizza Hut di pangkalan militer Amerika. Kedisipilinannya telah menjadikan dia sebagai legenda di militer. Namun, AS telah banyak menyaksikan para legenda tersebut berjatuhan sebagaimana mereka bangkit. Oleh karena itu mengapa setelah dua kontroversi perihal dirinya diabaikan media (bahkan selama penyelidikan konggres), McChrsytal akhirnya menerima kritik dan penyelidikan publik tentang posisinya.
Meskipun penyelidikan publik atas pemimpin militer adalah hal penting dalam mengawasi tindakan militer dalam demokrasi, namun diskusi tentang dirinya dalam konteks perang di media sangat tidak memadai. Bahasa keras namun kekanakan yang ditunjukkan McChrystal kepada publik telah membuat pemerintahan Obama terpecah.
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: