*Alan Sabrosky
Penembakan di Ft. Hood adalah murni tragedi. Saya hanya terkejut insiden itu tidak terjadi lebih cepat dari yang diduga. Mengeneralisasi sebuah kejadian tunggal sangat berbahaya. Kadang tragedi hanya ekspresi kegilaan seseorang ketimbang pernyataan politik kolektif.
Meski demikian, generalisasi telah terjadi. Banyak orang dengan beragam spectrum politik mulai berkhayal tentang konspirasi. Muncul anggapan negatif namun popular atas Muslim di AS.
Mari kita lihat isu itu dalam perspektif yang lebih luas. Penembakan Ft. Hood adalah insiden pertama yang melibatkan Muslim Amerika. Di era 1960-1970 an, AS pernah menghadapi ledakan kekerasan etnik kulit hitam. Mereka melakukan pengrusakan di pelbagai kota dan garda nasional dikerahkan untuk meredamnya.
Militer AS sendiri tidak juga kebal. Banyak unit tempur AS di Vietnam mengalami perpecahan dan kekerasan rasial, yang dilakukan “militan kulit hitam”. Banyak pangkalan militer AS di seluruh dunia mengalami ketegangan dan insiden rasial. Alasannya pada umumnya karena kalangan tentara kulit hitam merasa tidak dipedulikan pemerintah.
Hal yang sama kini dirasakan Muslim Amerika baik sipil maupun militer. Muslim Amerika jarang sekali memberikan kesetiaan kepada negeri asal mereka, berbeda dengan kalangan Yahudi Amerika. Mereka memiliki dua kewarganegaraan. Artinya, memiliki dua kesetiaan. Hal yang jarang terjadi kepada Muslim Amerika.
Namun mereka frustasi atas banyak hal. Mereka menjadi korban sentimen yang dikobarkan secara seksama oleh sekelompok pihak pasca 9/11, tanpa memperhatikan asal usul mereka. mereka juga diuji dengan pelbagai tindakan pemerintah AS yang tunduk kepada Israel. Mereka juga menyaksikan tewasnya ratusan ribu Muslim di Irak dan Afghanistan, serta rencana perang AS atas Iran demi kepentingan Israel dan orang-orang yang haus perang. Maka tinggal tunggu waktu jika kemudian peristiwa mengerikan itupun terjadi.
Sungguh sangat sulit bagi Muslim Amerika, khususnya keturunan Palestina mengabdi kepada pemerintah yang didikte dan tunduk kepada Israel, negeri yang melakukan kejahatan perang atas saudara mereka.
Saya sendiri tidak dapat melakukan itu, namun pada kenyataannya saya telah mengabdi dalam waktu lama di AL, mendukung AS di pelbagai forum sekalipun tidak popular. Namun bagi saya, negara saya jauh lebih penting dari pemerintah dan rakyat Amerika jauh lebih penting dari janji kosong para pejabat yang terpilih. Pemerintah yang menjadi tawanan kepentingan asing telah kehilangan semua legitimasinya.
Ini pula yang mendorong insiden mengerikan itu terjadi. Peristiwa ini menjadi sinyal buruk jika AS tidak mengubah cara mereka menjalankan bisnis mereka di dunia. Tak seorangpun menoleransi sikap tidak peduli pemerintah demikian pula mereka tidak suka jika pemerintah mereka disetir pihak asing yang kebetulan menjadi pihak yang menimpakan penderitaan atas saudara mereka.
Tak seorangpun memaafkan aksi Hassansebagaimana saya tidak bisa memaafkan tewasnya 60 ribu warga Amerika karena insiden 9/11 dan pelbagai perang yang direkayasa Zionis Israel. Apa yang dilakukan Hasan adalah murni pembunuhan dan apa yang dilakukan neocon juga murni pengkhianatan. Kedua kejahatan itu harus dihukum.
Kadang sebuah tragedi bisa menjadi katalis perubahan. Apa yang terjadi di Ft. Hood akan membuka kembali debat panjang kebijakan AS di Timur Tengah. Tragedi diharapkan dapat mentransformasikan kata-kata hebat Obama di Kairo menjadi tindakan nyata yang layak dihormati karena aksi nyata ini sudah lama tidak ada.
*Alan Sabrosky (Ph.D, University Michigan) adalah veteran marinir dan lulusan Army War College, AS. Dia dapat dihubungi di docbrosk@comcast.net
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: