Turki yang Sedang Naik

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 09.10


Carnegie Endowment for International Peace
 
Keseimbangan kekuatan di Timur Tengah sedang bergeser. Dengan mundurnya AS di Irak dan upaya Iran memperkuat pengaruhnya di kawasan ini, muncul ketidakpastian perihal siapa yang akan menentukan arah masa depan. Insiden flotilla baru-baru ini menegaskan kembali peran dan pengaruh Turki yang semakin meningkat. Paul Salem menganalisis posisi Turki di Timur Tengah dan implikasinya bagi kawasan tersebut dan Barat.

Sementara Turki semakin meneguhkan arah berdasar kepentingan strategisnya, Salem berpendapat, “Turki tidak sedang berpaling dari Eropa dan AS.” Pemerintah AS perlu menjamin bahwa keduanya tidak sedang berpisah jalan disaat hubungan Turki dengan negara-negara lain tengah berubah. Apa yang terjadi sejatinya –peran unik Turki dalam membantu menyelesaikan persoalan Nuklir Iran dan proses perdamaian di Timur Tengah- memberikan kesempatan sekaligus resiko bagi Washington.

Bagaimana hubungan dengan Timur Tengah berubah?

Hubungan kekuatan di Timur Tengah sedang berubah, dimulai saat invasi AS atas Irak. Perubahan ini ditandai dengan semakin kuatnya pengaruh Iran tidak hanya di Irak namun juga Suriah dan Lebanon melalui Hizbullah dan dengan Hamas di jalur Gaza. Jadi dalam posisi ini, Iran juga sedang naik.

Perkembangan terbaru ini juga memperkuat Turki yang semakin dekat berhubungan dengan Timur Tengah baik secara ekonomi dan diplomatik. Namun dengan peristiwa mutakhir ini –termasuk pemungutan suara PBB atas program nuklir Iran dan yang lebih penting lagi, insiden flotilla dengan Israel –Turki dan PM Erdogan semakin memantapkan posisinya kepemimpinannya dalam banyak isu populis di kawasan timur Tengah dan konflik Arab-Israel. Turki menangguk banyak pengaruh karena isu-isu spesifik tersebut.

Kekuatan eksternal –seperti China dan Rusia- juga semakin berpengaruh ketimbang sebelumnya di era 1990-an. Sementara itu, Israel sedang menghadapi masa-masa yang sulit dalam mematangkan dominasinya di kawasan itu dibandingkan sebelumnya di era 1980-an atau bahkan 1990-an.  Ada juga kebangkitan aktor non negara yang paling diantaranya Hizbullah dan dalam kadar tertentu, Hamas.

Dengan demikian, banyak sekali variabel disana. Kekuatan Amerika ada disana antara 2003 dan 2006 atau 2007, namun kini sedang turun. Secara keseluruhan, ada banyak perubahan tengah terjadi.

Apa peran Turki di kawasan itu dan pengaruh globalnya?

Visi Turki untuk kawasan itu dan semua hubungan eksternalnya telah berjalan selama 1990-an dan mengalami konsolidasi di dekade pertama diabad 21. Hal ini sebagian besarnya berasal dari kepentingan ekonomi. Turki menjadi macan diantara para pelaku ekonomi dunia dan telah melakukan banyak lompatan. Negara ini tidak memiliki minyak atau gas maka kekuatannya terletak kepada ekspor dan kini mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Turki menjadi negara yang ekonominya terbesar ke 17 di dunia. Dan ini luar biasa.

Bagi Turki yang terus tumbuh, dia membutuhkan akses bagi pasarnya demikian pula keamanan. Turki membutuhkan stabiltas dan perdamaian dalam berinteraksi dengan tempat-tempat tersebut. Ini berlaku pula untuk orientasinya ke Eropa yang menjadi pasar terbesarnya, namun juga hubungannya dengan utara –yang mencakup Balkan, Kaukasus dan wilayah laut hitam- dan hubungannnya dengan Iran, Irak, Suriah dan negara-negara Teluk di dunia Arab.

Ankara telah menegaskan kebijakannya “nol masalah” dengan tetangga” dan berupaya menjalankan strategi melalui diplomasi yang bersungguh-sungguh, khususnya di Timur Tengah.  Turki secara aktif mencoba menemukan solusi negosiasi dengan krisis nuklir Iran, bekerja dengan Irak dan Kurdi untuk menangani konflik di Irak dan tentu memainkan peran mediasi dan kepemimpinan antara Israel dan Suriah beberapa tahun lalu. Ankara juga sebelumnya mendorong kemajuan dalam proses damai Arab dan Israel. Maka ini adalah apa yang yang dikejar Turki dalam 15 tahun terakhir. 

Perbedaan diplomasi Turki dan Amerika yang mengakibatkan serangkaian kesalahpahaman mau tidak mau mengarah kepada ketidaksepakatan yang serius dalam menangani Iran dan terutama inisden flotilla yang menyebabkan tewasnya 9 warga Turki oleh tentara komando Israel. Peristiwa tidak pelak menimbulkan ketegangan besar dengan Israel. Turki pada umumnya sedang bergerak mewujudkan stabilitas dan mediasi, namun kenyataannya kini bersitegang dengan dua sekutu tradisionalnya. Turki dan Israel demikian pula Turki dengan AS perlu memikirkan kembali perihal hubungan mereka karena mereka saling membutuhkan untuk bergerak maju.

Bagaimana popularitas Perdana Menteri Erdogan di dunia Islam dan Arab berdampak kepada kekuatan Turki?

PM Erdogan adalah sosok yang popular dan dia juga seorang populis. Dia sangat menikmati dukungan publik dan setidaknya memiliki dua konstituen. Satu adalah konstituenTurki sendiri  -negara ini sedang menuju pemilu dan tema yang dia angkat populer, termasuk ketegangannya dengan Israel. Dia tentu akan memainkan isu ini dengan baik. Kontituen keduanya adalah Arab dan dunia Muslim. Dengan meningkatnya kepentingan politikdan ambisi ekonominya di dunia Arab dan Muslim, maka popularitas Erdogan dan Turki sangat berguna bagi Turki. Dan ini telah dicapai dalam beberapa minggu terakhir. 

Popularitas Turki sebenarnya telah meningkat setelah perang Gaza di Desember 2008 ketikaAnkara marah kepada Israel atas invasinya ke Gaza. TindakanTurki luar biasa mengangkat posisinya di dunia Arab. Aksi ini kemudian dilanjutkan dengan meluncurkan stasiun TV berbahasa Arab sehingga program-program Turki dalam versi Arab ini menjadi semakin popular.

Turki memasuki kesadaran bangsa Arab dan banyak orang kemudian menjadikan Turki sebagai model budaya. PM Erdogan semakin dilihat sebagai pahlawan bagi bangsa Arab dan perjuangan Islam.  Ini tentu tidak menyenangkan pemimpin Iran yang mencoba memonopoli posisi ini beberapa tahun lalu. Ini juga tidak menyenangkan para pemimpin Arab yang mendapati warganya lebih merespon posisi Erdogan ketimbang diri mereka. 

Apakah Turki berpaling dari Eropa dan AS?  

Turki tidak berpaling dari Eropa dan AS, namun negara itu kini lebih memantapkan posisi dan kepentingannya. Negara itu ngin menjalankan kepentingan politik dan ekonominya. Meskipun dulunya Turki dipandang tergantung kepada Barat namun kini Turki tidak lagi melihat dirinya demikian. Turki kini bangga menjadi anggota NATO yang efektif dan mendaftar anggota Uni Eropa. Namun justru Uni Eropa sendiri yang menolak, bukannya Turki.  Dan Turki telah membantu AS dalam mewujudkan proses perdamaian Timur Tengah namun Israel sendiri yang menarik diri.   

Dalam kasus Iran, Turki mencoba berkordinasi selama bertahun-tahun dengan Eropa, AS dan P5+1, anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman dan dalam hal ini PBB berterima kasih kepada Turki. Turki melihat kesepakatan terbarunya dengan Brazil dan Iran pada dasarnya untuk kepentingan umum Barat dalam mencari solusi atas permasalahannya dengan Iran. Ankara tidak melihat sebagai tindakan yang menentang Barat. Patut diingat bahwa Turki lebih takut dengan senjata nuklir Iran ketimbang AS karena Turki tepat bersebelahan dengan Iran dan ada perhatian kuat perihal masalah ini di Turki, Eropa, Rusia dan AS.  Dan sayangnya serangkaian kesalahpahamandiplomatik di kedua belah pihak tidak terurai. Baik AS dan Turki perlu melangkah kedepan dan membangun kembali kepercayaan. 

Mereka perlu bekerjasama atas problem nuklir Iran dan sanksi yang ada tidak akan memecahkan masalah. Menurut semua pihak, pintu negosiasi dengan Iran harus tetap terbuka. Negosiasi perlu dilakukan dan Turki masih pada posisinya memainkan peran penting tersebut.

Bagaimana status hubungan antara Turki dengan Israel?
 


Hubungan Turki dengan Israel dulunya kuat dan strategis ketimbang kini. Di dekade terakhir di abad ini, Turki pernah memandang Suriah, Irak dan banyak negara Arab sebagai pesaing dan musuh. Pemerintah sekularis yang didukung militer memandang Israel sebagai sekutu strategis yang dibutuhkan dalam menghadapi ancaman dari Suriah, Irak dan lainnya. Namun semua itu telah berubah.  

Dua kali pemerintah mutakhir Turki memiliki akar Islam dan mereka memandang dunia Arab dan Muslim dengan cara pandang yang positif. Lebih penting lagi, hubungannya dengan Suriah dan Irak juga banyak mengalami transformasi. Hubungan permusuhan sebelumnya dengan Suriah berubah menjadi kerjasama dalam isu Kurdi, air dan beberapa isu lainnya. Dan sebelumnya ketegangan hubungan pada masa rejim Saddam Hussein berubah menjadi hubungan yang sangat positif baik di wilayah Kurdi Utara dari Irak yang baru demikian pula dengan pemerintahan Baghdad. Maka, Turki-Arab sangat berbeda sekarang. 

Sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit, Turki menerjemahkan kepentingan strategisnya melalui kepentingan ekonomis. Turki juga memperkenalkan bahwa hubungan baik dengan dunia Arab dan Muslim sebagaimana hubungan baik dengan Eropa dan pasar besar lainnya adalah kepentingan strategisnya.  

Turki dan Israel masih memiliki hubungan militer yang signifikan didalam konteks kerjasama teknologi dan pelatihan. Mereka juga mempunyai kerjasama perdagangan dalam skala besar mencapai  5 milyar dollar. Namun hubungan tersebut tidak sepenting dan strategis masa lalu.

Posisi Turki dalam hubungannya dengan Israel secara ekonomi dan sosial masih kuat. Namun, pemerintah Turki sekarang memiliki ketidakcocokan yang mendalam dengan pemerintah di Israel. Hal itu dipicu oleh invasi Israel atas Gaza di Desember 2008. Patut diingat bahwa perang Gaza dilancarkan oleh PM Olmert tiga hari setelah pertemuan pribadinya dengan PM Erdogan. Dia berdiskusi dengan Erdogan perihal mediasi Turki dan pembicaraan damai dengan Suriah. Olmert kembali ke Israel tanpa menyebutkan sama sekali rencana perangnya. Ketika perang pecah, tak pelak hal itu mempermalukan Turki dan PM-nya. Maka ada sejarah personal dan perasaan dikhianati dari pemerintah Turki.


 Apakah Pergeseran Kebijakan Luar Negeri Turki berdampak bagi AS? 

Pergeseran Turki bisa berarti resiko namun sekaligus kesempatan bagi Amerika. Resiko adalah bahwa jika Turki dan AS tidak terhubung, tidak berbicara satu sama lain  dan membangun kepercayaan di waktu-waktu mendatang, mereka akan semakin menjauh.  

Turki merasa diabaikan oleh AS dan dimusuhi Israel. Perasaan ini terakumulasi selama bertahun-tahun dan oleh karena itu ada perasaan marah dan terluka di pihak Turki. Amerika juga merasakan hal yang sama –mereka merasa dikhianati oleh Turki dalam  pemungutan suara sanksi nuklir Iran di PBB. Ada kebencian di kedua belah pihak.  

Jika tanpa ketegangan, akan jelas jika Turki membutuhkan hubungan baik dan dekat dengan AS. Semua orang juga tahu. Dan AS membutuhkan hubungan strategis dan kuat dengan Turki. Pemerintah kedua negara harus mengambil langkah untuk memperbaiki hubungan. Ada banyak debat di Turki bahwa kemungkinan PM Erdogan bertindak kelewat jauh dan oleh karena itu harus membangun kembali hubungan. Dan benar, dia mengirim utusan ke Washington untuk tujuan itu. 

Di pihak AS, ada tiga hal yang Washington dapat lakukan. Pertama, pemerintah AS dapat membantu Turki dan Israel menemukan penyelesaian krisis flotilla yang memuaskan namun menyelamatkan muka. Akan baik bagi AS untuk menunjukkan bahwa mereka peduli dan membantu Turki dan Israel.

Kedua berkait dengan masalah Iran. Diketahui meskipun Turki dan Brazil menentang sanksi, mereka mendapatkan kepercayaan dari Iran dan ini sangat berharga bagi masyarakat internasional.  P5+1 seharusnya berhubungan dengan Turki dan Brazil serta melihat apa yang dapat mereka lakukan untuk memulihkan pembicaraan dengan Iran.

Ketiga, dalam konflik Arab-Israel, adalah penting dan membantu jika PM Erdogan mengambil posisi keras karena itu akan memungkinkan dia mengambil simpati publik Arab dan Muslim. Turki telah mendorong kearah pembicaraan damai dan stabilitas selama bertahun-tahun dan Erdogan memiliki kredibiltas dalam hal itu.  Maka kenyataannya ada seseorang seperti PM Erdogan yang berada ditengah yang dapat berbicara dengan masyarakat Arab dan Muslim adalah sebuah peluang. 

Akan jauh lebih baik memiliki Erdogan ketimbang Presiden Mahmoud Ahmadinejad atau Sheikh Hassan Nasrallah. Sayangnya, pemimpin Arab yang terlibat dalam pembicaraan ini seperti Mubarak, Raja Abdullah dari Yordania atau Arab Saudi tidak banyak memiliki kredibilitas dalam membuat banyak kemajuan perdamaian. Konsesi dan keputusan yang sulit perlu dilakukan dan para pemimpin Arab terlalu lemah untuk membantu dalam titik ini, sementara Iran tidak bisa membantu sama sekali.

Posisi Turki mempresentasikan kesempatan. Obama berkata pada saat itu bahwa konflik Arab-Israel menjadi prioritas utamanya. Sementara keterlibatan Turki sekarang mungkin dapat sedikit meningkatkan ketegangan. Mereka terlanjur marah karena tidak ada kemajuan yang dicapai.  Kemungkinan ketegangan yang memuncak akan memberikan momentum yang dibutuhkan untuk maju dan Turki dapat menjadi partner dalam membangun perdamaian di kawasan itu.

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget