Memahami Sikap Politik Hamas

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 09.00


*Amr Hamzawy dan Jeffrey Christiansen

Kapan Presiden Obama akan meninggalkan doktrin warisan Bush mengisolasi Hamas? Dalam konperensi pers di Kota Gaza beberapa pekan lalu, Ismail Haniyah, pemimpin Hamas menyatakan:”Jika ada proyek nyata yang bertujuan membantu perjuangan rakyat Palesina mendirikan negara Palestina yang berdaulat penuh dengan perbatasan 1967, kami akan mendukungnya”. Dan dalam wawancara berikutnya, kepala biro politik Hamas Khaled Meshaal menyambut baik “bahasa baru atas kawasan ini” dari Presiden Obama. 

Hamas mencoba menyampaikan keinginannya untuk menerima penyelesaian dua negara dalam konflik Palestina-Israel dan memainkan peran produktifnya ketimbang sebagai penghambat proses damai. Namun akankah AS bersedia mendengarkan? 

Ini tergantung atas apa yang AS sedang dengarkan. Jika AS menunggu Hamas menerima tiga tuntutannya untuk meninggalkan kekerasan, menghormati perjanjian lalu dan mengakui hak eksistensi Isaral, mungkin AS akan kecewa. Mengharapkan musuh anda menyerah atas tuntutan anda sebelum negosiasi dimulai sama  sekali tidak realistis. Lebih baik, AS menginterpretasikan pernyataan Hamas dengan dua hal:

Pertama, Hamas mempunyai dua suara untuk dua audiens yang berbeda. Satu suara membela hak melawan atas Israel yang diarahkan kepada rakyat Palestina dan dukungan masyarakat Arab. Suara lainnya menyatakan keinginannya untuk melakukna penyelesaian diplomatik atas konflik yang tengah berlangsung dan ditujukan kepada masyarakat internasional.

Kedua, suara diplomatik Hamas selama bertahun tahun konsisten menyatakan keinginannya untuk hidup berdampingan dengan Israel. Di 2003, Hamas menyatakan bahwa Hamas akan meninggalkan kekerasan jika “Israel bersedia mundur dari wilayah pendudukan 1967 dan membuat jadwal dalam merealisasikannya”. Di 2006, Hamas menyatakan “menerima negara Palestina dengan perbatasan 1967” dan di 2007, Hamas membenarkan bahwa adalah eksistensi Israel adalah “realitas” dan “kenyataannya” akan tetap eksis.

Memfokuskan hanya kepada suara perlawanan Hamas  akan membutakan siapapun perihal sinyal positif yang hendak disampaikannya. Dalam pengertian praktisnya, Hamas telah berhenti mengejar negara Palestina yang membentang dari Sungai Yordan hingga laut Mediteranian dan kelompok itu telah mengakui solusi dua negara sebagai hal yang fundamental dalam proses damai. 

Ini bukanlah hal yang mudah diubah. Hamas memang organisasi perlawanan dan menjadi pengganggu potensial lagi sangat berpengaruh dalam konflik Palestina-Israel, namun penggunaan kekerasan Hamas lebih bersifat taktis ketimbang ideologis sehingga lebih mudah untuk diakhiri sepanjang ada kemajuan dalam praktek mewujudkan negara Palestina.

AS harus menempatkan suara diplomasi Hamas dalam konteksnya. Namun apakah pendekatan AS lebih bersifat langsung atau tidak, multilateral atau bilateral, prosedural atau substantif, diam-diam atau terang-terangan? Secara domestik, mungkin terlalu pagi bagi Presiden Obama untuk mengupayakan pembicaraan bilateral dan langsung dalam forum publik. Namun secara internasional, mungkin kelihatan sangat terlambat untuk melakukan pendekatan gradual dan pembicaraan tidak langsung: Presiden Obama akan mempertaruhkan citra baiknya di dunia Arab jika dia tidak membuat langkah tegas meninggalkan kebijakan pendahulunya Bush dan berbuat segera. 

Ditengah sekian keterbatasan, kami percaya AS seharusnya melakukan pembicaraan langsung dalam masalah-masalah yang substantif dalam forum multilateral. Forum ini sebagiannya dapat berbentuk dua forum yang secara langsung melakukan pembicaraan dengan Hamas. Satau forum dibuat oleh negara-negara Eropa dan satu forum lainnya dilakukan negara-negara Arab. Kemajuan dalam hubungan AS-Suriah dapat membuka jalur lain dalam berkomunikasi dengan Hamas juga. 

Pembicaraan seharusnya memfokuskan bagaimana Hamas dapat memainkan peran produktifnya dalam proses damai. Ini berarti membahas bagaimana Hamas secara gradual melakukan transformasi sebagai kelompok politik yang terintegrasi dalam pemerintahan persatuan. Ini berarti melupakan isu pengambilalihan Gaza di 2007 dan bagaimana kekuatan Hamas dapat diintegrasikan dalam pasukan keamanan Palestina dalam rangka konsolidasi keamanan Israel-Palestina. Tukar menukar produktif dan sabar dapat mendorong perubahan positif di pihak Hamas dalam berinteraksi dengan Israel dan Barat.

Sekali lagi, Hamas secara eksplisit menegaskan dukungannya atas solusi dua negara dan secara implisit mengakui negara Israel. Sebagai mediator yang bijaksana dalam proses damai, AS harus menyadari bahwa mengeluarkan Hamas tidak akan membawa kemajuan sama sekali dalam proses damai dan membiarkan kondisi status quo terus berlangsung.


*Amr Hamzawy is peneliti senior dan Jeffrey Christiansen adalah peneliti di  Carnegie Middle East Center di Beirut. Artikel ini didistribusikan oleh Common Ground News Service dan dapat diakses di GCNews. Pertama kali muncul di The National.
Sumber: Middle East Online

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget