Apa yang Terjadi di Iran Pasca Pemilu?

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 08.04

*Ahmad Dzakirin

Situasi politik pasca pemilu presiden memanas. Kandidat Presiden Mir Hussein Mousavi menuduh telah terjadi kecurangan dalam peghitungan suara yang dimenangi kembali incumbent, Ahmadinejad dengan kemenangan telak (landslide victory). Mereka mengklaim terjadi banyak kejanggalan dalam hasil pemilu sehingga menuntut diadakannya pemilu ulang. Para kandidat selain Ahmadinejad kalah bahkan di kampung halamannya sendiri. Meski demikian, kalangan oposisi tidak mampu menunjukkan bukti yan solid perihal kecurangan tersebut. Merespon tuntutan oposisi, pemimpin tertinggi Iran, Imam Ali Khamenei meminta diadakannya penghitungan ulang namun tidak didapati perubahan signifikan hasil pemilu. Dalam khotbah Jumat (19/6), dia menyatakan bahwa sistem Islam tidak memberikan ruang bagi praktek kecurangan sembari menyerukan dihentikannya aksi protes. Hasil pemilu ini sendiri dikonfimasi wartawan NBC, Richard Angel.

Ada beberapa faktor berkelindan dengan intrik, manuver, dan politicking dari pihak-pihak yang bertikai dan aksi kuda troya ‘elemen asing’ sehingga pemilu Iran ini menghangat.

Tidak dipungkiri jika puncak kepemimpinan teokratik Iran terbelah antara kubu konservatif dan moderat. Kubu pemimpin spiritual, Ayatullah Ali Khamenei dan Ahmadinejad di satu pihak dengan Mir Hussein Mousavi, mantan PM di masa peralihan pasca Revolusi Iran dan Ali Akbar Rafanjani, mantan ketua Parlemen. Kubu Mousavi dicitrakan sebagai kubu reformis yang membawa gerbong perubahan. Menurutnya, Iran sedang menghadapi isolasi internasional dan kebangkrutan ekonomi karena kebijakan luar negeri yang anti kompromi. Sementara kubu Ahmadinejad dianggap sebagai wakil kalangan konservatif yang membatasi kebebasan dan bersikap anti Barat. Meski demikian, hasil pemilu dengan tingkat kehadiran 85 persen ini, rakyat Iran lebih menyukai sosok ‘konservatif’ Ahmadinejad dengan perolehan tertinggi, 24 juta pemilih mengalahkan Mousavi dengan 12 juta suara.

Latar sosio-politik ini pula yang mendorong ketidakpuasan kubu Mousavi sehingga menentang hasil pemilu. Kondisi Iran dalam banyak hal mencerminkan kondisi sosio politik kebanyakan negara Arab dan negara berkembang lainnya. Kedewasaan politik untuk menerima kekalahan dalam pemilu yang jurdil. Kasus kekalahan Fatah atas Hamas dalam pemilu Palestina kembali terjadi.

Meski demikian, 12 juta suara bagi Mousavi tidak dapat diingkari merefleksikan adanya kelompok masyarakat yang frustasi dan menginginkan perubahan. Kendati mantan PM, Mousavi sendiri adalah sosok yang hampir tidak dikenal publik Iran namun Dukungan politik yang didapatkannya merupakan refleksi sikap bersama sebagian masyarakat Iran –terutama kalangan muda- menghadapi status quo. Hampir dua pertiga penduduk Iran yang berjumlah 71 juta berada dalam rentang usia 25-30 tahun. Artinya mayoritas mereka tidak mengalami secara langsung pergulatan politik dan berinteraksi dengan ide-ide revolusi seperti halnya kalangan usia tua. Sementara disisi lain, serbuan gaya hidup Barat -seperti nonton film Hollywood, pergi ke diskotik, hura-hura dan bebas berpakaian- memberi daya tarik kuat bagi mereka ditengah pengekangan. Mereka ingin menikmati hal yang sama dilakukan banyak kalangan muda di dunia ketiga dan menjadi bagian dari budaya pop tersebut.

Namun problemnya tuntutan bagi pemilu ulang bergeser dari semata isu kecurangan menjadi ancaman eksistensial rejim Islam Iran. Barat dan Israel memanfaatkan aksi protes massif itu untuk mendestabilisasi Iran. Ribuan demonstran mendapatkan kopi hasil resmi pemilu yang menempatkan Mousavi di urutan pertama yang berujung aksi anarkis.

Sementara itu, Deplu AS meminta situs jejaring sosial Twitter menunda penutupan sementara situs itu untuk kepentingan perawatan rutin demi menghindari terputusnya komunikasi dengan kalangan demonstran. Mengutip Dallas Darling, situs ini menangguk keuntungan bisnis dibalik kekisruhan politik di Iran. Twitter bahkan mengklaim telah berperan mengawali ‘revolusi’ di Iran. Dan yang lebih mengejutkan, untuk memperkuat propaganda ‘revolusi’ itu, media sekelas BBC ditengarai memanipulasi gambar jepretan reporternya. Paul Joseph Watson (18/6) menuduh BBC telah memanipulasi foto pendukung Ahmadinejad sebagai pendukung Mir Hussein Mousavi setelah memindahkan gambar sang incumbent.

Jika demikian, kembali kepada sikap rakyat dan para pemimpin Iran seperti Mousavi dan Rafsanjani sendiri yang menentukan. Apakah mereka terus terlibat dalam pusaran ketidaktabilan politik atau memilih bertindak secara bertanggung jawab untuk kepentingan Iran sendiri? Iran bagaimanapun kini tumbuh menjadi negara kuat dan sangat diperhitungkan di Timur Tengah. Namun aksi politik kelompok oposisi pasca pemilu dan fabrikasi opini terus menerus akan dapat merubah persepsi rakyat Amerika dan Obama sendiri sehingga menjadi justifikasi aksi militer. Hal yang ditolak Obama namun ditunggu-tunggu Israel. Terlebih lagi, sebagian elit AS telah menyerukan segera diakhirinya aksi brutal itu. Wallahu A’lam.


*Pengamat internasional dan Alumni RSIS (Rajaratnam School of Internasional Studies) Singapura.

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget