Aliansi Turki-Rusia?

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 08.48


* Michael Thumann
Hubungan Turki-Rusia secara formal  dapat dilihat dalam konteks kerjasama bisnis dan perdagangan. PM Rusia, Vladimir Putin dan PM Turki, Recep Tayyip Erdogan telah menjalin kerjasama kedua belah pihak. Ada beberapa titik kesamaan dalam kebijakan luar negeri antar kedua negara. Terkatung-katungnya negosiasi Turki dalam keanggotaan  Uni Eropa telah memberikan dorongan akhir terjalinnya aliansi Turki-Rusia.

Kebijakan luar negeri Turki sebelumnya banyak mengejutkan para pengamat. Ankara –misalnya, membebaskan pemberlakuan visa bagi Suriah dan Libya. Selain itu, Turki menyelenggarakan pertemuan rutin para menteri senior dengan kedua negara tersebut. Namun perubahan yang paling signifikan dalam arah kebijakan luar negeri itu terjadi di Laut Hitam, yakni terjalinnya hubungan di pelbagai bidang antara Rusia dan Turki. Hubungan itu mengindikasikan terjadinya pergeseran penting. Pemimpin kedua negara saling bertukar kunjungan. PM Turki, Recep Tayyip Erdogan menemui PM Vladimir Putin di Moskow. Sementara Presiden Rusia, Dmitri Medvedev akan mengunjungi Turki bulan depan.  Bagi Barat, Pertemuan ini mengundang spekulasi adanya aliansi baru kedua negara. 

Hidrokarbon adalah basis utama perdagangan Rusia-Turki. Turki mengekspor mobil, sayur-sayuran, tekstil dan proyek konstruksi ke Rusia dan sebagai gantinya mengimpor gas Rusia. Di 2008, Rusia menjadi partner dagang terpenting bagi Turki dan sekaligus menjadi pemasok gas alam. Impor gas alam Turki mencakup dua pertiga konsumsi gas Turki, selain 50 persen impor batu bara dan 30 persen konsumsi minyak.  Turki menjadi penghubung ekspor energi Rusia untuk negara-negara Barat. Di Agustus 2009, Rusia, Turki dan Italia menyetujui proyek pembangunan South Stream untuk membuka jalur pipa minyak dari Rusia menyeberangi Laut Hitam menuju Eropa. 

Kemudian apa yang membuat hubungan bisnis kedua negara ini dapat berjalan mulus? Penasehat kebijakan luar negeri Rusia menyatakan, ”Dapat mempercayai seseorang adalah hal yang penting bagi Erdogan.” Dalam pandangannya, Putin adalah partner yang dipercaya dapat membantu Turki keluar dari kesulitan.  Dia mencontohkan apa yang terjadi di musim dingin, awal 2008 ketika Iran gagal memasok gas alam. Rusia sukses mengisi kekosongan tersebut.  Putin memperlakukan Erdogan sebagai partner yang setara (hal yang tidak dilakukan Eropa). Selain itu, Erdogan dan Putin telah melakukan 10 kali pertemuan pribadi dalam lima tahun. Mereka menyukai satu sama lain dan tampaknya memiliki cara pandang dan latar belakang politik yang hampir sama. Erdogan berasal dari keluarga kelas pekerja di pelabuhan sekitar  Istambul. Dia adalah pemain sepak bola sekaligus seorang pejuang yang pernah mendekam dalam penjara sehingga mengantarnya ke puncak karir politik.  Sementara, Putin berasal dari kawasan kumuh di St Petersburg yang sering direndahkan. Dia menjadi petinju dan kemudian bergabung dengan KGB yang menandai awal karirnya di dunia politik. Latar belakang ini tak pelak menjadikan keduanya sering bertemu dan saling mempercayai satu sama lain.  

Selain itu, ada beberapa konvergensi kebijakan luar negeri antara Rusia dan Turki. Moskow sangat menghargai mosi Parlemen Turki di 2003 yang melarang tentara Amerika menyerang Irak dari wilayah Turki. Di Laut Hitam, Rusia tidak ingin melihat kehadiran pasukan NATO maupun AS. Turki dan Rusia memiliki kesepahaman yang sama untuk membatasi kehadiran kapal-kapal NATO di Laut Hitam. Lebih jauh ke timur, Turki dan Rusia bergerak semakin dekat di kawasan itu. Turki memiliki masalah dengan pemerintahan Tbilisi. Di Turki terdapat komunitas masyarakat Abkhaza yang memiliki keterkaitan dekat dengan Republik Abkhazia yang memisahkan diri. Dalam  masalah nuklir Iran, baik Rusia maupun Turki menolak pendekatan koersif atas Iran. Mereka bertemu secara berkala dengan Presiden Ahmadinejad dan membantu Iran keluar dari isolasi internasional.

Meski demikian, hubungan agak pragmatis ini tidak tampak sebagai aliansi yang ditujukan untuk melawan negara-negara  ketiga.  Namun patut dicermati jika hubungan tersebut meningkat lebih dari sekedar hubungan pragmatis.  Pada dasarnya, hubungan keduanya berputar dalam poros penyuplai dan penerima gas alam. Turki  mempercayakan dua pertiga pasokan gas alamnya dari perusahaan Rusia, Gazprom. Diprediksikan pasokan itu akan semakin meningkat jumlahnya hingga mencapai 50 persen. Rusia juga membantu Turki membangun pembangkit energi nuklir. 

Kemungkinan keduanya adalah aliansi pihak yang terhina. Penasehat kebijakan luar negeri Erdogan menyatakan bahwa hubungan Turki dengan Rusia dapat dilihat sebagai ekspresi kekecewaannya terhadap Barat. Kedua negara memiliki warisan sejarah dan budaya yang kaya. Mereka berharap diperlakukan sederajat dengan negara lain dalam arena internasional. Keduanya merasa “terluka” sebagai negara. 

Mengapa Turki tersinggung? Jawaban pertamanya berkaitan dengan Iran. Ketika Teheran menolak banyak proposal PBB dalam mengelola program nuklirnya secara terbuka, maka perang menjadi semakin dekat. Para elit Turki tahu benar bahwa peringatan mereka sebelumnya diabaikan pemerintahan Amerika ketika hendak menyerang Irak di 2003. Akibatnya, Turki menolak wilayahnya dijadikan basis serangan. Kini, Turki sangat sensitif atas tekanan barat yang sangat kuat kepada Iran. Sebagaimana  halnya Rusia. Turki bahkan berada dibelakang Rusia di Dewan Keamanan. Konfrontasi serius dengan Iran tidak pelak akan mendorong terjadinya koalisi Ankara dan Moskow untuk menentang kebijakan Barat di Iran. 

Skenario ketiga akan terbentuk blok dari negara-negara yang diasingkan. Turki selalu menjadi pihak pesakitan dalam konteks keinginannya menjadi bagian Uni Eropa sejak 2005. Negosiasi keanggotaan Turki selalu diintervensi pelbagai pihak. Presiden Perancis selalu menyebut Turki sebagai bagian Asia dan selalu berusaha menggagalkan keinginan negara itu masuk Uni Eropa. Sementara Kanselir Jerman selalu menawarkan opsi “Kerjasama Khusus”. Sebagai cara untuk mengatakan tidak. Fakta ini pula yang mendorong Rusia meminta Turki untuk menanggalkan keinginan tersebut sebagaimana Rusia lakukan di era 1990-an. 

Jika Barat cemas dengan aliansi Turki-Rusia, ada tiga hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya: Uni Eropa harus bernegosiasi jujur dengan Turki tentang masa depan keanggotaanya. AS harus berkonsultasi dengan Turki dan negara-negara Arab dalam merumuskan strateginya atas Iran serta mendorong negara-negara Arab menasehati Turki bahwa menjadi pemain independen jauh lebih bermanfaat ketimbang berpihak kepada salah satu pihak di kawasan ini.


 *Kepala Biro Timur Tengah DIE ZEIT

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget