“Untuk bertahan, kita harus merubah diri kita menjadi kekuatan militer secara permanen atas dasar ekonomi perang.” (Franklin Roosevelt)
Enam tahun yang lalu, AS mengerahkan kekuatan militer di Irak. Ketika pakta keamanan AS dan Irak yang mengatur penarikan mundur pasukan AS dari Irak mulai 30 Juni dan penarikan penuh di 2012 maka petaka keuangan dan logistik AS mulai terjadi. Pentagonpun mulai memindahkan peralatan militernya melalui Jordan dan Kuwait serta mempertimbangkan untuk menghancurkan atau menjual beberapa diantaranya. Untuk memaham ini kita perlu mengetahui sejarah arsenal senjata ala Franklin D. Roosevelt (FDR).
29 Desember 1940, FDR mengumumkan bahwa AS akan memproduksi senjata secara besar-besaran untuk membantu Perancis dan Inggris menghadapi Jerman dan Italia. Apa yang gagal dipahami FDR bahwa demokrasi dan senjata tidak kompatibel. Namun sebaliknya dibalik setiap aktivitas militer AS mulai dari Kebijakan Pemindahan Suku Indian hingga keterlibatannya dalam Perang Dunia I selalu ada keterkaitan antara upaya pemulihan ekonomi AS dengan perang dan industri senjata. Kepentingan bisnis besar biasanya berada dibalik peran dan kebijakan ekspansionis AS demi melindungi pinjaman dan investasinya. Senator Gerald Nye percaya jika bisnis industri militer dibatasi maka tidak akan ada lagi perang. Karakter kapitalisme dan ambisi perusahaan AS untuk mendapatkan keuntungan membutuhkan pembukaan pasar baru, pemaksaan buruh murah dan perampasan sumber alam yang murah melalui kekuatan militer. Ketika program ekonomi FDR hanya mampu mengurangi separo jumlah pengangguran maka FDR dan industri senjata segera berpaling kepada strategi perang.
Ketika keamanan nasional didefinisikan dalam konteks memulai perang dan menundukkan pihak lain demi kepentingan pasar dan sumber alam, maka presiden dan para industrialis segera mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang besar. Dengan demikian konsep arsenal demokasi FDR laiknya pedang bermata dua. Saat FDR mengatakan bahwa pasar asing harus direbut maka itu berarti perang.
Keika anggota Konggres Louis Ludlow mengusulkan amandemen yang menghendaki referendum sebelum perang diumumkan maka serta merta FDR menentang keras. Alih-alih, dia memerintahkan pembuatan 100 kapal perang baru dan meningkatkan armada udara mencapai 1000 pesawat. Dia juga mengintegrasikan Garda Nasional kedalam pasukan regular serta mendirikan Zona Benua Barat dengan memasukkan Sub Jerman dalam kebijakan jalur pelayaran Amerika. Di 1938, sementara sebagian perusahaan AS membantu mesin perang Nazi, FDR meningkatkan anggaran militer, pembangunan angkatan laut dan anggaran militer untuk mengantisipasi resesi ekonomi. FDR juga mengeluarkan 1 milyar dolar untuk ratifikasi UU Ekspansi Angkatan Laut yang memerintahkan pembangunan angkatan laut antar benua.
Dua tahun sebelum peristiwa Pearl Harbor , FDR memperbesar kapasitas kapal induk, kapal penjelajah dan kapal perang. Dia membentuk squadron Atlantik dan memerintahkan riset senjata bom. Dengan didukung para industrialis militer, dia juga mendapati celah dalam kebijakan embargo senjata. Permintaan anggaran 4 milyar dolar untuk tujuan militer, pendirian Dewan Sumber Daya Perang untuk kepentingan mobilisasi perang dan komitmen membangun 50 ribu pesawat dalam setahun tidak pelak menempatkan AS seperti negara yang sedang berperang. Sehari setelah pidato Arsenal Demokrasi FDR, General Motors memimpin Kementerian Produksi untuk mempercepat upaya produksi. Saat ekonsep ekonomi perang dijalankan, maka berarti kondisi damaipun lenyap dan dalam prakteknya berlangsung hingga sekarang.
Masih ada waktu untuk merubah arah di Irak dan mentransformasi arsenal demokrasi menjadi benar-benar sebagai arsenal demokrasi. Semua barang bekas peralatan militer itu diserahkan dan dialihkan penggunaannya untuk kepentingan pemulihan dan pembangunan kembali Irak. Operasi penciptaan perdamaian benar-benar digunakan untuk memenangkan hati dan pikiran rakyat Irak bukannya untuk berperang. Dana tambahan 75 juta yang diusulkan Obama harusnya digunakan untuk memperbaiki standar hidup rakyat Irak. Kemiskinan yang diakibatkan arsenal demokrasi dan ketamakan kapitalis adalah contoh terburuk kekerasan. Bagi para pemimpin politik, jenderal dan pengusaha yang mendapatkan keuntungan milyaran dollar dari invasi Irak maka program reedukasi dan resosialisasi tentang apa yang dimaksud arsenal demokrasi dibutuhkan. Ini berarti, Komisi Kebenaran harus dibentuk untuk menyelidiki apa yang terjadi di masa lalu dan mengakhiri di masa depan siklus pemulihan ekonomi yang menggantungkan kepada produksi senjata dan penciptaan perang.
* penulis The Other Side Of Christianity: Reflections on Faith,
Politics, Spirituality, History, and Peace.
Dan juga penulis untuk www.worldnews.com.
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: