Dewasa ini, dikalangan para akademisi Barat sekurang-kurangnya berkembang tiga teori interaksi peradaban. Pertama, dan menjadi arus utama. Perbedaan peradaban, kultural dan relijius bakal memicu konflik dan perang. Pertarungan peradaban tidak terelakkan dan sedang terjadi. Teori ini dkembangkan oleh Prof. Samuel Huttington dari Universitas Harvard dengan tesisnya ‘The Clash of Civilization’. (1994 :33) Kedua, Teori ‘The End of History’ Francois Fukuyama (1994 : 5). Menurutnya, semua peradaban dunia sedang menuju akhir sejarahnya dan kini bergerak menuju kapitalisme ekonomi dan liberalisme Barat. Ketiga, koeksistensi damai antar peradaban dimungkinkan sepanjang peradaban-peradaban yang ada mengadosi demokrasi pluralistik sekular. Keempat, pertarungan sesungguhnya justru ada dalam peradaban Barat sendiri.
Bagaimana sikap kaum Muslimin ? Koeksisitensi damai atau perang ? Jawaban ini relatif dan situasional. Dr. ja’far Syeikh Idris, Profesor Studi Islam, Institut Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab,
Alasan Koeksistensi Damai
1. Rasionalitas adalah bagian tak terpisahkan dari sikap Islam. Rasionalitas dalam menilai tindakan dan berikut konsekuensinya. Rasionalitas ini harus dibimbing sepenuhnya nilai-nilai Islam. Sebuah tindakan yang diambil selalu bersandar pada pencapaian kemaslahatan terbesar dan sedikitnya mudharat. Kebajikan Islam adalah kebajikan -yang dalam pengertian umum- diterima mayoritas masyarakat. Karena lingkup timbangan kebajikan Islam bersifat komprehensif, meliputi aspek spiritual, mental, kehidupan, kekayaan dan harga diri manusia. Berpijak atas timbangan ‘rasional’ inilah, kerjasama dan koeksistensi damai berdiri. Perealisasiannya dalam kondisi normal jauh lebih disukai ketimbang pertarungan dan perang.
2. Saat beberapa agama, ideologi sekular dan teori psikologi mengajarkan bahwa manusia secara natural dilahirkan jahat. Teori lainnya menyatakan netral dan masyarakatlah yang menuntun kepada kebajikan atau keburukan. Posisi Islam jelas bahwa setiap anak dilahirkan baik. Apapun kepercayaan dan lingkungan kultural mereka kini, setiap manusia potensial muslim. Dalam memandang masyarakat yang berbeda keyakinan dan kultur, setiap Muslim seharusnya tidak boleh melupakan fitrah yang membentang ini dibelakang halaman muka kultur-kultur sesat tadi.
3. Oleh karena itu, kebajikan terbaik yang dapat dilakukan kaum Muslimin atas mereka adalah mengajak mereka kepada Islam dan menyeru mereka kembali kepada fitrahnya. Namun dalam melakukannya, kaum Muslimin harus memahami keyataan-kenyataan dan prinsip-prinsip tertentu. Diantaranya, keyakinan adalah masalah hati. Oleh karena itu, tak seorangpun dapat dipaksa menerima sesuatu. “Ajaklah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan suri tauladan yang baik dan berdebatlah mereka dengan yang terbaik.” (An-Nahl:125) Bagaimana hal tadi dapat dicapai kecuali dalam atmosfir damai?
4. Allah memberitahukan Rasul-Nya bahwa bagaimanapun kerasnya upayanya mengajak manusia menerima Islam, kebanyakan mereka akan menolak. Rasul diutus Allah untuk menebarkan kasih sayang kepada mereka dan misi utamanya adalah mengajak mereka menuju kebenaran tanpa lelah.
5. Koeksistensi damai diantara masyarakat yang beragam agama dan peradaban memudahkan pertukaran manfaat material dan intelektual. Membantu mereka bekerjasama dalam menuntaskan masalah yang mereka hadapi sebagai penghuni desa global. Problemanya, gambaran ideal koeksistensi damai dan kerjasama tidak dapat dicapai jika Barat terus menerus dihantui ketakutan kehilangan hegemoninya. Oleh karena itu, berupaya keras mencegah keruntuhannya.
6. Tak seorangpun yang rasional memiliki gagasan menyediakan sejumlah senjata pemusnah massal di dunia dan akan menentang segala jenis perang baik dalam lingkup regional maupun internasional. Untuk menghindari perang, kaum Muslimin harus menghapuskan sebanyak mungkin penyebabnya. Oleh karena itu, kita harus berdiri diatas prinsip keadilan dan menentang setiap agresi dan perlakuan zalim.
7. Kaum Muslimin harus memainkan peran besar karena mereka paling memenuhi syarat untuk melakukannya. Islam adalah agama yang tidak mau mengkompromikan nilai-nilai moral seperti kebenaran dan keadilan. Islam mendesak orang beriman untuk bersekutu satu sama lain tanpa mempertimbangkan ras, waktu dan tempat.
8. Muslim dalam pandangan saya mempunyai kesiapan untuk itu. Jika damai tegak, Islam mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk didengar dan diterima Barat maupun lainnya. Banyak orang Barat maupun lainnya kembali kepada agamanya. Kebangkitan fundamentalisme agama dewasa ini adalah fenomena universal. Orang kini menyadari bahwa ilmu pengetahuan yang mereka apresiasi tidak dapat menggantikan peran agama.
Alasan Untuk Secara Militer Kokoh
Namun Islam adalah agama yang sangat realistik untuk tidak semata menjadi pecinta damai. Jika anda ingin hidup damai dengan yang lainnya maka andapun harus menuntut sikap serupa dari lainnya untuk anda. Secara keseluruhan, masyarakat dalam setiap peradaban menginginkan lebih kuat ketimbang masyarakat lainnya yang berlawanan secara kultur. Mereka semua akan mengambil langkah-langkah yang dipandang perlu untuk menjaga eksistensi identitas kultural mereka dan jika mampu akan menundukkan lainnya.
Dalam paper klasiknya, ‘Clash of Civilizations’, Huttington (1994) menegaskan kejujuran tadi, ”Barat kini mencapai puncak kekuatannya yang luar biasa dibandingkan peradaban lainnya. Selain Jepang, Barat tidak mempunyai tantangan ekonomi. Barat mendominasi institusi keamanan dan politik internasional dan bersama Jepang secara ekonomi. Dalam era pasca perang dingin, sasaran utama kontrol senjata adalah untuk mencegah berkembangnya kemampuan militer masyarakat non Barat yang dianggap mengancam kepentingan Barat. Upaya Barat untuk melakukannya ini dengan perjanjian internasional, tekanan ekonomi dan kontrol ketat atas transfer teknologi persensenjataan.”
Oleh karenanya, kaum Muslimin harus bersatu untuk menyingkirkan mereka yang memaksakan agresi terhadap kaum Muslimin atau condong menggunakan kekuatan militer untuk menundukkan yang lainnya. Kekuatan material dapat dan harus menjadi ikatan bagi pembangunan spiritual dan tidak mempertentangkannya. “Dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan p;ersiapan itu) kamu menggentarkan musuh-musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (QS 8:60)
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: