*Jim Miles
Bagi sejarahwan, perang global melawan teror dimulai dengan penghancuran Menara Kembar dan serangan atas Pentagon (9/11). Sementara bagi sebagian lainnya, ada ketidakpercayaan yang semakin meningkat dibalik maksud, cara dan alasan perang.
Sayangnya bagi kalangan sejarahwan, sejarah sendiri tidak bekerja dalam batas waktu yang ada, pelbagai aksi dan konter aksi tidak pernah berhenti. Serangan 9/11 hanya sebuah insiden lain yang direkayasa. Insiden 9/11 adalah kebohongan yang terus berlanjut yang dilakukan sang adidaya. Kebohongan dan perang merupakan kejahatan atas kemanusiaan. Kebohongan itu dapat didefinisikan sebagai tindak kriminal karena digunakan untuk mencari keuntungan secara zalim. Menggunakan cara-cara tidak jujur untuk mengambil keuntungan atas mereka yang tertipu, terutama kalangan orang-orang beriman.
Definisi ini dapat diterapkan dalam konteks sekarang ini. Kebohongan kriminal telah digunakan oleh banyak negara. Mereka ini adalah AS, Inggris dan Israel dengan dukungan sekutunya untuk mendapatkan keuntungan baik secara militer dan ekonomi. Kebohongan ini dikombinasikan dengan tipu daya atas orang yang beriman. Aspek keagamaan dilibatkan dan digunakan untuk mendukung aksi kejahatan mereka ini.
Kebohongan besar itu adalah adanya perang dunia melawan terror. Negara-negara yang mencanangkan dirinya berperang melawan teror adalah sumber terbesar teror di dunia.
AS memiliki sejarah panjang melakukan pendudukan, invasi serta kegiatan subversif atas banya negara yang berani bersuara lantang menentang keinginan AS. Pelbagai aksi AS itu kebanyakannya berkaitan dengan kepentingan korporat yang berambisi mengontrol sumber-sumber ekonomi dunia. Inggris Raya dulu misalnya menciptakan terror. Perang terjadi dimana-mana, sekalipun dengan alasan mendidik orang-orang yang tidak beradab. Namun alasan sebenarnya tetap sama, yakni kendali militer dan ekonomi dunia. Satu-satunya keberhasilan dimata para penjajah itu adalah terciptanya koloni di Australia, Selandia Baru dan Amerika Utara (AS dan Kanada). Sukses itu didapatkan setelah mereka dapat menyingkirkan perlawanan penduduk asli melalui kekerasan, teror perang dan genosida.
Dalam konteks terminologi, aksi Israel lebih halus lagi karena dianggap telah menduduki dan mengkapling wilayah kosong untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka menghuni tanah dan gurun kosong yang membentang antara Laut Mediteranian dan Sungai Yordan serta ingin diubahnya menjadi tempat mekar bagi peradaban dan agama mereka. Tanah yang kosong ini ternyata dihuni oleh penduduk asli yang juga berhasil dalam bercocok tanam. Mereka selama berabad-abad membangun lingkungan kulturalnya sendiri. Pendudukan Palestina cocok dengan definisi ini, yakni sebagai tindak kriminal yang bertentangan dengan hukum internasional. Mereka memanfaatkan tipu daya keagamaan dengan membangun keyakinan bahwa mereka memang harus menduduki Palestina. Ketiga negara itu kini memperluas kebohongan tersebut kedalam agenda lebih besar, yakni perang dunia melawan teror.
Ini adalah kebohongan terbaru yang disampaikan Obama:
“Iran tidak hanya ancaman bagi Israel. Saya yakin ini adalah ancaman bagi seluruh dunia. Saya hampir tidak dapat berpikir dunia akan stabil dengan adanya nuklir Iran.” Ini adalah klaim bohong yang hanya akan melengkapi kebohongan-kebohongan sebelumnya sehingga mengantar terjadinya invasi Irak, Afghanistan, dan Pakistan. Bagi AS, ini adalah daftar yang tidak pernah berakhir.
Tata dunia yang aman tidak akan pernah terwujud jika ada negara-negara yang memiliki senjata nuklir. AS dan Uni Soviet terus menerus saling berbohong selama berdekade. Mereka menyimpan banyak sekali hulu ledak nuklir. Senjata nuklir adalah kebohongan besar bagi tata dunia yang stabil. AS adalah negara jahat dalam konteks ini, mempertahankan superioritas dalam akuisisi senjata nuklir. India mengembangkan senjata nuklir di luar traktat NPT.
AS baru-baru ini bekerjasama dengan India dalam mengembangkan industri dan senjata nuklirnya. Pakistan juga mengembangkan nuklir diluar NPT. Dengan penduduk mayoritas Muslim, Pakistan sedang berkonflik dengan India. Dalam banyak hal, Pakistan juga menjadi kaki tangan AS sekalipun ada penentangan di dalam negeri. Pakistan kini menjadi Negara yang tidak stabil. Israel yang ditaksir memiliki 200 hulu ledak nuklir hampir tidak pernah dipermasalahkan AS sekalipun berada diluar ikatan NPT. Namun hanya Iran saja yang dianggap sebagai ancaman bagi tata dunia yang stabil.
Senjata nuklir –yang bersifat menghancurkan- adalah bagian lain dari seluruh aksi kebohongan. Kebohongan itu untuk menyembunyikan realitas sebenarnya keinginan korporat dan militer yang hendak membatasi dan mengontrol mayoritas SDM dan SDA di dunia sehingga mereka dapat mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan sebesar mungkin untuk kepentingan para elit mereka. Untuk itu, mereka membohongi masyarakat dunia.
Kebohongan yang ada sekarang ini dimulai sebelum 9/11. Proyek untuk American Century menjelaskan:
“Proses transformasi, sekalipun harus berupa perubahan reolusioner akan menjadi upaya panjang yang tidak menimbulkan peristiwa yang bersifat menghancurkan seperti Pearl Harbor baru.” Argumen 9/11 kini mencakup gagasan tidak hanya sebagai pekerjaan orang dalam namun juga sebuah serangan teroris yang sukses sehingga menjadikan para neocon dapat mewujudkan keinginannya (Ingat insiden Pearl Harbor tidak semengejutkan seperti diklaim para sejarahwan sekarang). Hal yang patut ditanyakan adalah siapa yang diuntungkan?
Pewaris utamanya adalah para para korporat internasional, kalangan militer di AS dan Israel, serta para politisi yang mendukungnya. Dengan kondisi ekonomi AS yang lesu dan keberuntungan bergeser ke China, masih ada sisa kekayaan di dalam negeri yang masih dapat dipetik (yakni bailout bagi bank-bank besar dan kontrak militer). Tipu daya perang dunia atas teror menyediakan dalih, rasional dan motif serta yang paling penting alat untuk memperkokoh kontrol ekonomi dan politik korporat AS atas sumber migas Timur Tengah. Namun pada saat bersamaan membatasi dan mencegah pengaruh China dan kepentingan Rusia di kawasan ini.
Israel sangat senang dengan semua ini. Dengan menggunakan isu kebebasan dan demokrasi dibawah todongan senjata, maka perusahaan AS dapat melanjutkan mencari kekayaan. Namun dengan para pemimpin politik dan korporat yang tunduk dengan keinginan Israel, dari presiden AS Obama hingga Jimmy Carter (yang meminta maaf kepada Israel karena anaknya maju dalam pemilihan senator dari negara bagian Georgia), Israel mungkin tidak secara langsung melakukannya, namun cukup memerintahkan mereka melakukannya. AS berjasa besar kepada Israel baik secara finansial dan militer. Hubungan kedua negara tidak selalu berjalan harmonis, namun dengan kekuatan lobby dan keinginan AS menjadikan Israel sebagai garisun militer AS di Timur Tengah maka tak pelak AS menjadi alat kepentingan Israel.
Korban-korban dalam perang global dapat diklasifikasi dalam banyak hal: agama, lingkungan, ekonomi, warga negara di hampir semua negara, gagasan demokrasi dan kebebasan, perdamaian, dan kesehatan. Satu-satunya, korban terbesarnya adalah rakyat Palestina. Israel dengan dukungan Barat menduduki Jalur Barat selama hampir 40 tahun, merusak lahan pertanian, komunitas, keluarga, kultur atau segala sesuatu yang berkaitan dengan rakyat Palestina.
Lingkungan sangat tercemar sebagai akibat perang. Kontaminasi terjadi akibat pelbagai bahan kimia yang digunakan dalam perang. Kerusakan juga terjadi atas infrastruktur sipil yang digunakan untuk mengendalikan lingkungan. Ini terjadi tidak hanya didaerah yang tercabik perang namun juga terjadi di wilayah dimana sumber daya alamnya dieksploitasi untuk kepentingan perang dan masyarakatnya bekerja dalam industri perang.
Kemungkinan korban terbesar berikutnya adalah praktek demokrasi. Demokrasi nominatif yang melanggengkan perang akan menjadi subordinat kelompok elit kaya yang mengendalikan media berikut pesan-pesannya. Mereka menciptakan dukungan legislatif untuk memata-matai dan menahan rakyatnya sendiri dengan melanggar hak masyarakat demokratis yang telah mereka perjuangkan selama ini. Pasukan AS dan Kanada kini mengimpor demokrasi di sebuah kotak di Marjah dekat Kandahar. Jika mereka dapat melakukannya disana maka mereka harus juga mempertimbangkan untuk melakukannya di Ottawa dan Washington.
Banyak pertanyaan mengemuka seputar insiden perang melawan teror. Namun saya harus tegaskan bahwa saya tidak akan berubah dalam pandangan saya.
Pertama dan terutama, dimana bin Laden? Dengan kemampuan dinas rahasia AS, Israel dan Inggris, mengapa mereka tidak dapat menemukannya? Mereka sebelumnya telah mengenalnya, memberi bantuan kepadanya di Afghanistan untuk menjatuhkan Uni Soviet dan tiba-tiba dia menghilang setelah peristiwa 9/11 kecuali kadang-kadang rekaman videonya saja. Dengan kedigdayaan dan uang yang dimilikinya, AS tentunya tahu dimana dia berada, sekalipun dalam keadaan hidup ataupun mati. Dalam perang illegal yang berdasarkan prasangka, maka sangat dibutuhkan musuh misterius yang bersembunyi di gua atau tempat yang tidak terjangkau. Untuk mengeksploitasi ketakutan kadang dirilis rekaman video ancaman yang dapat dijadikan dalih memperpanjang perang anti teror.
Banyak pertanyaan muncul diseputar perisiwa 9/11 sendiri, demikian pula lebih banyak pertanyaan dari para ilmuwan, arsitek dan pilot yang mempertanyakan versi resmi 9/11. Apakah ini teori konspirasi? Ada tiga pertanyaan yang sering disampaikan tentang peristiwa itu. Pertama, mengapa tower 7 runtuhnya seperti dibom? Apakah ada bukti forensif serangan pesawat udara ke Pentagon? Dan mengapa semua material yang dianggap sebagai tempat kejahatan internasional disingkirkan dan tidak dijadikan alat bukti?
Apa yang dimulai dengan 9/11 boleh jadi menjadi kisah yang tidak akan berakhir. AS sedang menghadapi kejatuhan ekonomi dan disalip China. AS kini melakukan ekspansi militer dimana saja atas nama perang melawan terror. AS adalah imperium yang sedang kolaps secara ekonomi. Bukannya mencari rekonsiliasi namun yang dilakukan malah sebaliknya, menebar terror. Sementara, Israel didominasi para fanatik yang haus dengan perluasan wilayah di Palestina. Irak, Afghanistan dan Pakistan kini berada dibawah pendudukan AS untuk kepentingan kontrol sumber daya alam dan penghadangan China dan Rusia. Iran akan menjadi dalih berikutnya untuk kepentingan dominasi dan kontrol.
Sayangnya, sejauh ini hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Perang anti teror AS tidak memberikan kebaikan apapun bagi masyarakat dunia. Perhatian atas lingkungan, ekonomi dan kultur manusia sirna sama sekali karena adanya musuh yang sebenarnya tidak ada. Akibatnya, perang menjadi kebohongan yang berlangsung terus menerus.
*Penulis dan pendidik tinggal di Kanada
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: