Keraguan Seputar Lockerbie

Diposting oleh Ahmad Dzakirin On 07.32


*Lisa Pease 
Dalam banyak peristiwa transnasional, ada yang namanya kebenaran historis, yakni apa yang sebenarnya terjadi dan kebenaran politik, yakni  apa yang harus terjadi bagi negara-negara yang terlibat. 

Kadang, kedua hal itu bertemu namun di waktu lain bertolak satu sama lain, seperti yang terjadi dalam peristiwa pemboman di Lockerbie.

Kamis lalu, Abdel Baset al-Megrahi, mantan petugas intelejen Libya yang didakwa meledakkan di pesawat Pan Am 103 di langit Lockerbie, Scotlandia, 21 Desember 1988 dilepaskan. Otoritas Skotlandia mengatakan bahwa mereka melepaskan Megrahi karena ‘alasan kemanusiaan’. Dia  divonis sakit kanker. 

Keputusan ini menyebabkan kemarahan di AS. Pejabat pemerintahan Obama menyampaikan nota protes. Anggota  keluarga korban dan para analis di TV juga menyatakan kemarahannya. Namun apa yang sebenarnya terjadi dalam pemboman Lockerbie?

Kebenaran tentang apa yang terjadi di Lockerbie sebenarnya lebih komplek dari apa yang dipaparkan oleh pelbagai media arus utama. Beberapa pengamat yang mengikuti kasus al-Megrahi menyimpulkan bahwa kasus ini pada dasarnya sangat lemah. 

Menurut jurnalis Inggris, Hugh Miles dalam artikelnya di Review of Books, 2007 menyatakan banyak ‘pengacara, politisi, diplomat dan keluarga korban kini percaya bahwa mantan petugas intelejen Libya itu tidak bersalah’.

Miles mengutip Robert Black QC, seorang professor hukum Skotlandia mengatakan “pengadilan tidak masuk akal, bukti yang diperdengarkan tidak cukup kuat. Pendakwaan atas dirinya sangat memalukan.

Al-Megrahi diadili bersama dengan petugas intelejen Libya lainnya yakni Amin Khalifah Fhimah. Dengan kemarahan kerabat korban yang memenuhi ruang persidangan, para hakim Skotlandia tampaknya takut akan reaksi mereka seandainya keduanya dinyatakan tidak bersalah. Sebagai gantinya, para hakim membebaskan Fhimah dan menyatakan bersalah al-Megrahi. 

Seorang pengamat PBB, Profesor Hans Koschler mencatat,”Anda tidak dapat mengeluarkan dakwaan bersalah atas seseorang dan menyatakan tidak besalah yang lainnya ketika keduanya didakwa dengan alat bukti yang sama.

Satu-satunya bukti penting yang membedakan al-Megrahi dari Fhimah adalah adanya identifikasi al-Megrahi yang meragukan dari penjaga toko di Malta yang menuding dia sebagai pembeli baju yang ditemukan didalam koper bom. 

Namun problemnya, penjaga toko itu sebelumnya juga telah mengidentifikasi beberapa orang lainnya, yang salah satunya agen CIA. Ketika dia akhirnya menunjuk al-Megrahi dari sebuah foto, ternyata foto tersebut didapatkan dari salah sebuah media yang sudah sangat lama. 

Ada juga sebenarnya perbedaan antara penggambaran awal penjaga toko baju itu dengan penampilan Megrahi yang terbaru. Penjaga toko itu bertutur kepada polisi bahwa pelanggan itu tingginya 6 kaki atau lebih tinggi dan berusia sekitar 50 tahun. Namun Al-Megrahi tingginya 5’8 kaki dan berusia 36 tahun saat itu. 

Para hakim Skotlandia membenarkan bahwa deskripsi awal tidak pas dengan tertuduh pertama dan karenanya harus dianggap ketidakcocokan. Namun, para hakim akhirnya menerima identifikasi itu sebagai akurat.  

Ketika para hakim merangkai pelbagai alasan dibalik pernyataan bersalah, mereka juga menolak scenario awalnnya tentang pemboman ini. Misalnya, reporter radio David Johnston membahas salah satu bab dalam bukunya, Lockerbie: The Tragedy of Flight 103 dengan teori bahwa kelompok perlawanan Palestina yang tergabung dalam PFLP-GC telah bertanggung jawab. 

Jurnalis Skotlandia Magnus Linklater dalam artikelnya untuk London Timesonline 31 Agustus mencatat bahwa dugaan ini seperti teori konspirasi. 

“Kadang terlupakan bagaimana kuatnya bukti itu, dalam beberapa bulan pertama setelah peristiwa Lockerbie yang mengarah kepada keterlibatan kelompok terror Palestina-Suriah PFLP-GC yang didukung Iran dan memiliki keterkaitan erat dengan Eropa. Dalam koran The Scotsman, yang saya edit kemudian, kami dibrifing oleh polisi dan para menteri untuk memfokuskan kepada kaitan ini sebagai bentuk balas dendam Iran atas serangan roket AS terhadap pesawat Iran sebagai motifnya.” 

Sunday Times London melaporkan dalam halaman utamanya, 26 Maret 1989, “Para Pembom Pan Am Teridentifikasi”. Artikel ini menyatakan bahwa sumber intelejen yang tidak disebutkan namanya mengetahui siapa yang menjadi dalang pemboman:“Popular Front for the Liberation of Palestine—General Command, yang diketuai Ahmed Jibril, seorang penjahat PLO yang berbasis di Damaskus yang menentang inisiatif damai Yaser Arafat. Koran itu mengklaim kelompok itu menerima 10 juta dollar untuk menjatuhkan pesawat Amerika sebagai balasan atas penembakan pesawat sipil Iran oleh kapal perang AS musim panas lalu. 

(AS sendiri mengklaim kapal perang Vincennes mengira akan diserang dan menembak sebagai upaya membela diri. Klaim yang pada dasarnya tidak beralasan. Meski demikian, Reagan menolak meminta maaf atas kesalahan itu.)

Observer memberitakan bahwa setelah penembakan pesawat Iran, kuasa usaha Iran di Beirut mengundang Ahmed Jibril dan para teroris lainnya bertemu dengan perwakilan Garda Revolusi yang merencanakan meledakkan pesawat. Pertemuan terakhir dilakukan di Hotel Carlton, Beirut beberapa hari sebelum insiden Lockerbie. 

24 Desember 1989, Sunday Times melaporkan bahwa residu plastik putih yang ditemukan di tempat ledakan cocok dengan material jam alarm yang didapatkan dari sepasang teman Jibril di PFLP-GC sebelum penangkapan mereka di Jerman Barat, Oktober 1988, tepat dua bulan sebelum pemboman terjadi.

Seperti yang dilaporkan Bill Blum di Consortiumnews.com, konspirasi PFLP-GC dengan Iran telah menjadi ‘versi resmi asli’ namun kemudian versi inipun ditutup setelah Amerika di tahun 1990 membutuhkan dukungan Iran dan Suriah dalam perang Teluk I.

Ketika Iran dan Suriah tidak lagi pas dijadikan tertuduh karena munculnya realitas politik baru (perang Teluk), maka Libyapun menjadi kambing hitamnya meskipun bukti tidak cukup memadai. 

Dalam laporan BBC dari 2002, pengamat persidangan PBB Koschler menyatakan bahwa AS dan Inggris tampak sekali mempengaruhi jalannya persidangan Megrahi. Pertanyaannya mengapa AS dan Inggris mencoba mempengaruhi jalannya sidang? Diluar perannya sebagai pembela korban, apa yang telah mereka inginkan dan sekaligus sembunyikan?

Penulis John Ashton dan Ian Ferguson, yang keduanya bersama menulis Cover-up of Convenience: The Hidden Scandal of Lockerbie, menunjukkan bahwa banyak hal lain ditemukan disamping 270 mayat didalam reruntuhan pesawat. Ditaksir terdapat  500 ribu dollar dalam bentuk cek dan amplop bersegel yang berisi uang sebesar 574 ribu dollar didalam reruntuhan pesawat. Selain itu menurut saksi kunci, barang-barang lainnya adalah obat-obatan dan heroin. 

Para aparat lokal sangat curiga dengan kehadiran sejumlah besar personil Amerika yang dalam waktu cepat tiba di lokasi kecelakaan beberapa jam kemudian. 

Ketika para agen CIA tiba di lokasi, mereka mencari beberapa surat sangat rahasia disekitar tubuh pilot Kapten Captain James McQuarrie, namun tidak diketemukan. Mereka juga mencari beberapa hal penting lainnya namun tidak bersedia memerinci. Mereka hanya akan memberitahukan kepada aparat Skotlandia jika telah menemukannya. 

Diantara korban adalah seseorang yang diduga hendak melakukan operasi penyelamatan sandera Amerika yang ditawan di Beirut, yakni Major Charles McKee, petugas Dinas Intelejen Pertahanan yang ditugaskan sementara di CIA.

McKee ditemani oleh empat lainnya yang kemudian diidentifikasi sebagai orang-orang CIA, Matthew Gannon, Deputi Kepala Stasiun CIA di Beirut; Ronald Larivier, Daniel O’Connor, dan Bill Leyrer. Apakah kehadiran orang-orang ini dalam penerbangan tersebut menjadi sedemikian penting? Apakah mereka target? Seorang penyidik mempercayai keterkaitan ini.
Jaksa Pan Am, James Shaughnessy menyewa Juval Aviv, presiden perusahaan intelejen swasta yang bernama Interfor dan mantan anggota Mossad untuk mengadakan penyelidikan atas pemboman tersebut. Pan Am menghadapi tuntutan hukum dari para famili korban berkaitan dengan rendahnya prosedur pengamanan. 

Laporan Aviv berisi beberapa klaim yang jika ini benar tentu sangat mengejutkan. Sulit untuk tahu seberapa kredibelnya laporan itu, sekalipun perusahaan Aviv telah melakukan banyak bisnis dengan IRS dan beberapa departemen pemerintah lainnya serta pernah juga disewa Dinas Rahasia untuk mengendus ancaman pembunuhan atas Presiden Reagan.
Laporan Interfor mengklaim bahwa salah satu atau beberapa petugas bagasi di fasilitas Pan Am di Frankfurt bekerjasama dalam perdagangan obat-obatan dengan mengisi bagasi dengan obat-obatan terlarang. Laporan ini juga menyatakan bahwa satu tim CIA telah menjalankan operasi ini dan menggunakan obat-obatan terlarang itu sebagai konsesi bagi pembebasan sandera di Beirut. 

Laporan menyebutkan bahwa tim CIA yang dipimpin McKee yang sedang menjalankan operasi ini mengetahui penyelundupan obat-obatan tersebut demikian pula peran beberapa orang CIA lainnya. Menurut laporan, “Tim McKee marah demi mengetahui bahwa penyelamatan dan nyawa sandera dipertaruhkan karena adanya kesepakatan ganda tersebut.”

Laporan juga menyebutkan,”Menjelang pertengahan Desember, tim frustasi dan marah sehingga berencana kembali ke AS dengan foto dan bukti-bukti tentang penyelundupan itu kepada pemerintah. Mereka berniat mempublikasikan penemuan mereka yang hendak ditutup-tutupi. Mereka tidak meminta ijin kembali namun mereka kembali dengan diam-diam…..sumber melaporkan 8 anggota tim dalam pesawat namun yang berhasil diidentifikasi hanya empat.”

Menurut laporan itu, seorang agen Mossad memberitahu kepolisian Jerman 24 jam sebelumnya bahwa sebuah bom telah ditaruh di pesawat Pan Am 103. Polisi Jerman melanjutkan laporan ke CIA-1 yang melaporkan informasi ke pusat namun tidak ada tindak lanjutnya kemudian. 

Laporan Interfor menuduh bahwa petugas bagasi etnik Turki menyimpan koper di area loker pegawai sebagaimana praktek yang biasanya dilakukan dalam pengiriman obat-obatan.

Selama pemuatan bagasi seorang agen polisi Jerman memperhatikan bahwa bagasi kelihatan berbeda dari bagasi obatan-obatan biasanya. Karena dia dalam keadaan waspada ancaman bom maka dia memberitahukan CIA-1 tentang hal itu yang kemudian dilanjutkan ke pusat. 

Laporan itu mengatakan,”Pusat menjawab: jangan khawatir. Jangan hentikan, biarkan.” CIA-1 tidak memberikan instruksi apapun kepada kepolisian Jerman sehingga mereka tidak berbuat apapun untuk menghentikannya.

Salah satu tuduhan yang paling mengejutkan dalam laporan itu adalah,”Kepolisian Jerman secara diam-diam merekam peristiwa itu. Rekaman itu menunjukkan pelaku aksi. Kopi rekaman itu diberikan kepada CIA-1. namun kemudian master yang dimiliki polisi Jerman dinyatakan hilang dan hanya CIA-1 masih memilikinya.”

Aviv mendesak Pan Am untuk mendapatkan kopi tersebut sekalipun CIA pasti akan membantahnya. 

Cerita ini kembali mengemuka dalam bentuk lain di 1990, ketika ABC dan NBC melaporkan keterkaitan pemboman dengan jaringan obat-obatan terlarang. Keduanya memfokuskan kepada operasi DEA bukannya CIA.

NBC menyebut Khalid Jaafar sebagai satu-satunya orang Arab dalam penerbangan tersebut sebagai kurir yang tidak menyadari jika tasnya berisi bom. Laporan Interfor juga menyebut nama pria yang sama. 

Menurut penulis “Cover Up of Convenience” Ashton dan Ferguson, 30 Oktober 1990, seperti yang dilaporkan NBC menyebutkan: “NBC mempelajari bahwa penerbangan-penerbangan Pan Am dari Frankfurt termasuk 103 telah digunakan beberapa kali oleh DEA sebagai bagian operasi bawah tanah untuk mengirimkan informasi dan koper-koper heroin ke Detroit sebagai bagian operasi untuk menangkap para bandar di Detroit. Operasi ini yang dinamai Operasi Kurir didirikan tiga tahun lalu oleh DEA di Syprus untuk menginfiltrasi kelompok-kelompok pengedar heroin Lebanon dan menyelidiki keterkaitannya dengan di Detroit.” 

“Para informan meletakkan kopor-kopor tersebut dalam penerbangan-penerbangan Pan Am tanpa pemeriksaan keamanan seperti biasanya melalui pengaturan bersama antara DEA dan otoritas keamanan Jerman. Para pejabat penegak hukum mengatakan kekhawatiran mereka bahwa para teroris yang meledakkan Pan Am mempelajari bagaimana operasi DEA kemudian menginfiltrasi operasi rahasia itu dan mengganti kopor heroin dengan bom karena lubang yang ada dalam prosedur keamanan.

ABC membuat laporan yang sama di kemudian hari dan juga mengklaim bahwa Khalid Jaafar adalah salah satu kurir heroinnya.

DEA sendiri melakukan investigasi setelah munculnya laporan tersebut dan kemudian menyatakan bersih didepan sub komite Konggres. DEA mengklaim hanya ada 3 kali operasi yang dilakukan melalui Frankfurt dan tak ada operasi ketika bom meledak. 

1992, setelah bantahan DEA, sebuah laporan baru yang mendukung Laporan Interfor muncul. Majalah Time mendukung beberapa tuduhan yang telah disampaikan sebelumnya. 

Artikel Roy Rowan menyatakan bahwa Ahmed Jibril menggunakan operasi lalu lintas heroin di Timur Tengah untuk menaruh bom di pesawat dan bahwa McKee kembali terbang ke Washington untuk membongkar operasi unit CIA dengan para pengedar obat-obatan.

Jika demikian, benarkah ini apa yang sebenarnya terjadi di Lockerbie? Saya tidak tahu. 

Arah kasus ini bergeser secara dramatis di musin gugur 1990 ketika Presiden George H.W Bush berniat menggalang koalisi mengusir tentara Irak dari Kuwait. Pemerintahan Bush membutuhkan bantuan Suriah dan Iran selain untuk kepentingan membebaskan para sandera AS yang ditawan kelompok militan di Lebanon. 

Juga di 1990, investigasi serius dari skandal Iran-Contra tengah berlangsung. Bush mendekati para pejabat Iran yang diharapkan memiliki informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pencalonannya kembali dalam pemilu presiden 1992. Pendeknya, Iran memiliki sejumlah kartu seandainya negara itu dijadikan target dalam penyelidikan. 

Namun Libya menentang rencana invasi Bush di Teluk Persia. Libya menempati puncak dari daftar musuh favorit Amerika. Menyalahkan Libya akan menarik banyak dukungan kalangan berpengaruh di Amerika. 

Sementara saya sendiri tidak tahu apakah teori alternatif pemboman Pan Am 103 benar namun apa yang saya tahu adalah bahwa adanya banyak dukungan tentang beberapa teori tersebut ketimbang sekedar tuduhan atas al-Megrahi yang sedang bernasib sial dimana pembebasannya dikecam luas oleh para pejabat Amerika. Tidak ada media yang mencoba mengupas keraguan atas tuduhan tersebut sekalipun adanya fragmentasi penjelasan yang menunjukkan ketidakterlibatannya. 

Bagaimana kita menjadi begitu keluar dari jalur cerita yang sebenarnya. Sebagiannya karena kita tidak memiliki media yang benar-benar independen yang bersedia menginvestigasi dan mengungkap kebenaran yang ada dibalik kasus ini.


*penulis dan sejarahwan

0 Komentar

Posting Komentar

Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini:

Inspiring Quote of The Day: Toleransi (al Samahah) secara terminologi adalah kemurahan hati, memberi tanpa balas. Dengan kata lain toleransi berarti keramahan dan kelemahlembutan dalam segala hal dan interaksi tanpa mengharap imbalan ataupun balas jasa. Toleransi merupakan karakter dasar Islam dan telah menjadi sifat praktis-realis umat di sepanjang sejarahnya yang agung" (Muhammad Imarah)

TITLE--HERE-HERE

Recent Post

Archive

Song of The Day


Mahir Zain - Sepanjang Hidup Mp3
Mp3-Codes.com

Arsip Blog

Penikmat Blog Ini

Komentar Anda:


ShoutMix chat widget