Uni Soviet akhirnya mengirim armada militernya membantu Ossetia Selatan setelah pemerintahan Georgia melakukan offensive besar-besaran untuk menundukkan provinsi yang memberontak tersebut. Pesawat tempur Rusia dilaporkan mengebom beberapa pangkalan udara Georgia di ibukota Tskhinvali dan menewaskan ratusan korban jiwa. Rusia berdalih bahwa intervensi dilakukan untuk melindungi etnik minoritas Rusia dari ancaman pembersihan etnik.
Sementara, bagian provinsi lain Georgia yang memberontak, Abkhazia menyatakan keadaan perang pasca tentara Rusia masuk ke ibukota Ossetia Selatan. Georgia menuduh Rusia telah membuka front kedua dengan menarik provinsi Abkhazia kedalam perang. Penduduk di kedua provinsi pecahan Georgia ini mayoritas beretnik Rusia dan memegang paspor Rusia.
Dalam pertemuan darurat keempat, Dewan Keamanan PBB gagal mengambil sikap. Anggota Dewan Keamanan terpecah kedalam dua kubu, yakni antara AS dan Uni Eropa dengan Rusia. Anggota Dewan Keamanan tidak berhasil mencapai kesepakatan tentang draft bagi gencatan senjata.
Kebangkitan Uni Soviet Jilid kedua?
Rusia kini tengah bergeliat seiring dengan kebangkitan ekonomi. PM Putin sukses melakukan konsolidasi kekuasaan setelah dipilihnya, Dmitri Medvedev sebagai Presiden Rusia. Medvedev lama menjadi partner politik yang mendukung kebijakan dan politik Putin. Rusia menolak keras rencana perluasan NATO dan pemasangan system pertahanan udara di bekas Uni Soviet, termasuk Georgia dan Republik Czech serta mengancam menggunakan opsi militer untuk menyetop rencana AS dan Uni Eropa. Di kawasan regional, Rusia juga menggunakan diplomasi minyak dan gas atas negara-negara tetangga yang dipandang tidak kooperatif dengan dukungan infrastruktur peninggalan Uni Soviet. Sebagian jalur ekspor gas di beberapa negara bekas Uni Soviet melewati kawasan Rusia.
Sebagai bekas negara adidaya, Rusia tampaknya hendak memulihkan kembali kedigadayaan politik pasca perang dingin disepanjang kawasan Kaukasus.
Sebagian pengamat menilai manuver politik Rusia atas Georgia menjadi entry point bagi kontrol Rusia atas Asia Tengah dan superioritas militer Rusia yang didukung gas booming akan memudahkan langkah politik Rusia. Disepanjang kekuasaan Uni Soviet, sukses melakukan migrasi etnik Rusia keseluruh wilayah bekas Uni Soviet dan isu etnisitas dapat menjadi justifikasi bagi keterlibatan politik dan militer Rusia atas negara-negara tetangga. Kini, Georgia mengajukan gencatan senjata dan penarikan mundur tentaranya dari Ossetia Selatan. Militer Georgia tidak mampu menanggung military overstretch atas dua provinsi yang membangkang serta tidak memperhitungkan factor Rusia ketika mengambil tindakan ofensif atas Ossetia Utara Jumat lalu. Georgia tampak percaya diri menjadi sekutu dekat AS karena mengirim kontingen militer terbesar kedua di Irak.
Sementara intervensi Rusia di Georgia menjadi peringatan keras atas Praha (Republic Czech) dan Warsawa (Polandia) yang menarik NATO dan AS di pintu masuk Rusia. Untuk itu, Rusia telah berhitung bahwa AS dan Uni Eropa tidak akan terlibat langsung kedalam konflik. Melihat factor geografis dan dampak Irak, keterlibatan negara adidaya AS hanya sebatas dalam proxy war dengan membantu pelatihan dan penyediaan peralatan militer Georgia. Namun yang jelas, era perang dingin kembali bangkit.
0 Komentar
Posting Komentar
Silahkan mengisi komentar dan masukan yang konstruktif dibawah ini: